RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Mama, You're My Everything


Kasih ibu kepada beta tak terkira sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagaikan surya menyinari dunia.

                Mentari belum seutuhnya menyingsing, baru semburat sinarnya di ufuk timur. Dalam dingin kala Subuh mengetuk mata dan telingaku, bukan karena geliat angin di pagi hari yang coba menyingkap selimutku, juga bukan karena kokok beberapa ayam jago yang seakan saling bersahutan. Mata dan telingaku yang bawa hatiku terbuka di tiap pagi. Suara riuh rendah gelas yang beradu, juga air sumur yang berkecipak di baskom berisi beras. Kulihat di sana, di dapur sederhana itu. Mama, kau sumber geliat pagi hariku.
                Hampir tak pernah kulihat raut cemberut meski diriku kadang tak menurut. Hampir tak pernah kudapati langkahmu gontai walau diriku banyak santai. Hampir tak pernah kutemui sosokmu yang diam karena diriku sering menggumam. Pagi adalah saksi betapa cekatannnya dirimu membuka hari. Bagiku dua roti tawar berisi meses di tengahnya serta segelas susu penuh cinta darimu. Sedangkan ayah cukup dengan sepiring nasi goreng beserta segelas kopi maupun teh hangat. Tak pernah kami meminta atau menawar. Tapi kami bahagia dengan sambutan sajianmu di hampir tiap pagi. Mama, kau pembuka tiap hariku.
                Teringat dulu saat diriku masih nakal, meski sekarang sepertinya tak berubah, mama jarang meluapkan amarahnya. Hanya saat kelewat batas, mama marah. Tapi itupun tak akan lama, hanya sekelebat lalu lewat. Teringat juga saat aku sakit. Betapa kurasakan sayang mama yang sangat besar. Cintanya dalam setiap belai dan usapnya. Teringat juga saat aku mengalami kecelakaan. Mama yang dengan sabar merawatku, mengobati, dan juga mengganti perbanku. Kini, mungkin mama belum bangga akan diriku, belum menemukan apa yang diinginkan dariku. Tapi aku yakin mama akan tersenyum karenaku saat momen indah itu tiba. Mama, kau semangat untuk setiap hariku.
                Waktu kian cepat berlalu, bulan dan tahun berputar tanpa kenal lelah. Sosokmu kian berubah, tenagamu kian melemah. Aku tahu dan aku paham, aku yang kini satu-satunya yang kau harap. Tiap hari doa tak pernah berhenti untukmu. Tiap hari aku selalu berharap senyum darimu. Tiap hari aku berusaha bawamu ke tempat tertinggi bahagiamu. Hari ini Hari Ibu, tapi bagiku tiap hari adalah Hari Ibu. Hari-hariku dalam peluk sayangmu, hari-hari dalam samudera cintamu. Aku sadar semua pengorbananmu saat kubaca sebuah kalimat “Pekerjaan yang paling berharga adalah menjadi seorang ibu, karena dibayar dengan cinta”. Mama, dengan waktu yang semakin berkurang aku ingin sampaikan cintaku untukmu. Cinta yang mungkin tak sanggup mengganti semua yang kau curahkan untukku juga keluarga. Mama, maafkan aku untuk salahku. Sayangku untukmu. Mama, you’re my everything.
Baca SelengkapnyaMama, You're My Everything

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tak Sekedar Melihat

            Daun itu hijau, zebra cross itu putih, dan air itu tak berwarna. Bagaimana kita tahu itu? Jawabnya satu, yaitu dengan melihat. Melihat dengan mata tak perlu bimbingan orang tua, berbeda dengan berjalan maupun berbicara. Dari bangun di pagi hari hingga tidur lagi di malam hari, melihat terkadang membawa dampak yang sangat dalam kepada hidup kita.
            Bagi anak-anak, melihat adalah awal dari apa yang mereka lakukan, children see children do. Tentu kita sendiri merasakan itu. Dulu ketika masa kanak-kanak kita sering meniru apa yang orang lain lakukan, terutama orang tua kita. Kita juga belajar mengenal lingkungan. Itu semua diawali dengan melihat. Kini para pemuda bergerak membangun bangsa juga diawali dengan melihat. Melihat keadaan negeri yang kelewat parah. Parah karena beberapa pejabat tak lagi bisa melihat.
             Di lain hal, melihat tak sama dengan mengamati. Titik perbedaannya ada pada seberapa banyak kita dapat mengambil informasi dari sebuah objek. Contoh sederhananya adalah tangga yang sering kita lewati, entah di tempat kerja maupun kampus. Dengan melihat, kita sekedar tahu bahwa tangga tersebut sudah kusam karena memang sudah lama atau anak tangganya yang terlalu tinggi untuk satu langkah. Namun lain halnya saat kita mengamati. Kita tahu persis berapa jumlah anak tangganya, anak tangga mana yang banyak bagian keropos (bisa diperkirakan bagian itu yang paling sering mendapat tekanan besar dari kaki), atau pegangan sebelah mana yang penuh dengan debu (bagian itu mungkin rapuh sehingga jarang disentuh). Cukup dengan pengamatan sederhana, kita akan dapatkan informasi yang cukup melimpah.
            Dari mata turun ke hati, kalimat ini tentu sudah tak asing lagi. Mengamati juga dapat diartikan sebagai melihat yang dilakukan dengan hati, tak lupa juga disertai rasa senang. Banyak contoh sukses yang kita tahu dari mengamati. Para pengusaha sukses karena pengamatan pasar yang mereka lakukan menghasilkan informasi berharga untuk usaha mereka. Atau contoh lain para polisi. Mereka berhasil memecahkan kasus-kasus sulit karena mengamati TKP dengan seksama untuk mencari bukti-bukti. Namun dalam masyarakat, mengamati terkadang masih dianggap hal yang remeh-temeh. Banyak orang menganggap hal ini kurang kerjaan.
              Tak sekedar melihat, hidup juga tak sekedar melihat. Almarhum Mbah Maridjan besar dengan cara mengamati. Pada kenyataannya, Mbah Maridjan tak mau disebut sebagai juru kunci. Beliau hanya melaksanakan perintah dari Kasultanan Ngayogyakarta. Bukan dengan mistik maupun klenik. Tapi dengan pengamatan. Beliau mengamati tanda-tanda alam di sekitar Gunung Merapi lalu menjadikannya sinyal. Seperti ketika Merapi sudah bergejolak, namun Mbah Maridjan tidak melihat hewan-hewan turun gunung, beliau tidak akan mau untuk turun mengungsi. Beliau berpegang teguh pada alam dengan jalan melihat memakai hati tanda-tanda yang ada.
                Melihat dan mengamati mengambil porsinya masing-masing. Kedua hal ini hendaknya diterapkan untuk waktu yang tepat. Meski begitu, tak ada salahnya seseorang sangat maniak dalam mengamati. Begitu juga kita, tak pantas untuk menyalahkannya. Pribadi masing-masing berbeda. Tapi yang pasti, mengamati adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang mungkin berguna di masa depan.
Baca SelengkapnyaTak Sekedar Melihat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Politik Itu Amfoter

Akhirnya setelah hampir setengah tahun vakum dari ngeblog, kini bisa nulis lagi. Bertepatan dengan suasana akhir tahun yang penuh aura politik, jadi nggak ada salahnya mengungkapkan sedikit pendapatku tentang politik. INI HANYA OPINI PRIBADI, tidak ada maksud menyerang atau menjatuhkan pihak manapun. Maaf jika nantinya ada pihak yang merasa tak nyaman atau tersinggung dengan sekilas pendapat ini.
===========================================
Politik itu amfoter. Mungkin banyak yang tahu arti kata “politik”, dari anak TK hingga pejabat setengah hebat pasti paham maksud kata ini, tentu dengan ideologi masing-masing. Namun tahukah arti kata “amfoter”? Dalam bidang kimia, amfoter adalah sebutan untuk unsur atau zat yang dapat bersifat asam maupun basa. Bisa dibilang berkepribadian ganda. Jadi “Politik itu amfoter” berarti politik punya dua kepribadian.
Amfoter dalam kenyataannya hampir tak mungkin netral, selalu bersifat asam atau basa, tak ubahnya politik. Politik akan mengayomi mayoritas, cenderung tak berpihak pada minoritas. Politik pada dasarnya adalah kepentingan suatu kelompok untuk memperbaiki atau menjadikan kehidupan di sekitarnya menjadi lebih baik. Dasar yang sangat baik, namun dengan menyertakan kata “kelompok”, tak dapat dipungkiri politik hanya mengakomodasi kelompok dengan masa yang besar.
 Dalam praktek sederhananya, politik digunakan sebagai jalan untuk mengunggulkan “kader”nya, juga pemimpin dari kelompok mereka. Menilik tauladan yang tentu kita tahu, pemimpin bukanlah seseorang yang diajukan untuk dipilih, tapi seseorang yang dipilih tanpa diajukan. Namun di negeri ini, tak mungkin seseorang pemimpin dipilih tanpa mengajukan diri (dengan dalih demokrasi). Pemimpin sejati hendaknya dipilih dengan hati, bukan dengan masa. Kemampuan dipilah, selanjutnya dibandingkan dengan kelemahan. Lalu musyawarah jalan untuk memutuskannya (seperti yang DPR iklankan karena musyawarah adalah ciri Indonesia). Dimulai dari kelompok paling bawah kemudian naik hingga ke pusat, lalui dengan musyawarah. Meski lama, tapi itu tuntunan agama.
Secara pribadi, kita tak tahu apa yang akan terjadi di esok hari. Begitu juga realisasi dari visi-misi selama politik berlangsung. Tak pernah kita tahu janji-janji selama kampanye (kalau bisa disebut kampanye atau riak) apakah akan semua terwujud. Sebagai insan beriman, husnudzon harus nomor satu. Tapi waspada dan berjaga juga tak salah.
Pada intinya, pemilihan dalam politik itu tak salah. Tapi alangkah lebih baik dimulai dengan musyawarah. Ketika musyawarah tak menemui hasil, dilanjutkanlah dengan voting. BUKAN VOTING LALU MUSYAWARAH. Cobalah untuk keluar dari mainstream. Bukan berarti kita melawan mainstream. Tapi cukuplah berjalan bersisian dengan melalui jalan yang lain. Kenapa takut beda?! Kita pemuda. PEMUDA PENGGERAK PEMBAHARUAN!!!!!
Baca SelengkapnyaPolitik Itu Amfoter

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS