RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Dear My Sweet Friend

                Mungkin saat itu aku tak tahu apa yang kau rasa. Aku juga tak paham apa yang kau mau. Walau aku sahabatmu, tapi entah kenapa masih ada hal yang tak aku tahu. Ya, seperti hatimu itu. Andai aku dapat memutar waktu, akan kuputar waktu agar hal itu tak terjadi. Hal yang sedikit membuatmu kecewa kepadaku. Hanya maaf yang dapat aku ucapkan.
                Masih kuingat saat awal aku melihatmu. Tak pernah kusangka kau akan jadi sahabatku. Saat itu kau nampak tak jauh beda dengan teman-teman yang lain. Kau tak ubahnya seperti teman yang aku tahu namanya lalu lupa di keesokan hari. Saat itu aku hanya melihatmu sama dengan yang lain. Di depan kelas di kala siang, saat kau asyik bercanda dengan yang lain. Aku hanya melihatmu dan bertanya kepada temanku, “Namanya siapa?”. Hanya itu. Hanya itu hal yang mungkin jadi awal kenapa semua bisa berubah. Waktu itu mungkin aku hanya tahu namamu, tapi aku tak mengenalmu. Memang, kau seperti yang lain.
                Hari berganti hari, saat minggu pun enggan berhenti. Sedikit demi sedikit aku mulai tahu siapa dirimu. Bisa dibilang kau tenar di kelas. Tapi saat itu entah kenapa aku sedikit tak suka kepadamu. Mungkin hanya keirianku saja atau hanya pemikiran salah tentangmu. Hari terus berganti dan aku mulai sering mengobrol denganmu. Mulai dari hal kecil hingga hal tak penting pun kadang jadi bahan obrolan. Entah apapun itu.
                Keluh kesah sering kau ungkapkan padaku. Canda tawa kerap mengalir di sisi sang waktu. Kau yang dulunya hanya biasa. Kini telah menjadi sahabat luar biasa. My sweet friend. So difficult to find person like you. Tapi bagaimanapun sahabat kadang tak lepas dari perselisihan. Perselisihan yang kadang munculkan jarak di antara kita. Ingatkah dulu kita pernah tak saling bicara selama beberapa hari? Saat itu aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu, dan akhirnya aku pun menyesal. Aku tak sanggup melihatmu sedih. Aku tak ingin hatimu muram seperti saat ini. Lebih baik kau tahu semuanya tanpa aku beri tahu daripada aku sedih karena melihatmu sedih.
                Kini kau sedikit marah padaku. Maaf yang hanya bisa kukatakan. Tapi karena hal ini, akhirnya aku tahu satu lagi hal lain yang tersembunyi darimu. Akan kucoba lebih mengerti arti sahabat. Akan kupahami apa yang tak kutahu darimu. Aku salah dan aku minta maaf. I hope we can smile together again. Use our wings to fly come to the friendship’s shine. You, my sweet friend forever.
Baca SelengkapnyaDear My Sweet Friend

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hukum Uang di Indonesia

                Pernahkah Anda sangat muak terhadap sesuatu? Sesuatu yang dulu sangat Anda banggakan namun ternyata kini sangat Anda benci. Mungkin tak semua orang setuju dengan pendapat saya ini. Namun paling tidak, emosi bisa sedikit tercurahkan.
                Indonesia yang dulu sangat disegani dunia, kini telah berubah menjadi “budak” yang dapat diatur sesuka hati oleh pihak lain. Tak hanya negara, namun juga pemerintahannya. Pemerintah yang harusnya mengayomi rakyatnya, ternyata sekarang hanya mengayomi pihak “beruang”. Semua hal bisa dibeli, tak terkecuali hukum. Dalam UUD’45 Pasal 27 (1), sudah jelas bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Entah rakyat kecil, pengangguran, ataupun pejabat sekalipun, semuanya sama. Tapi di Indonesia, hukum telah diamandemen. Perubahan yang nyata dari Undang-Undang Dasar yang sangat dibanggakan rakyat menjadi Ujung-Ujungnya Duit yang kini sangat dipuja oleh kaum konglomerat. Rakyat makin melarat, beberapa konglomerat makin “bejat”.
                Hukum Uang, mungkin itulah yang cocok untuk menyebut hukum di Indonesia. Hukum tak pandang bulu dalam memangsa. Hukum hanya memandang uang, jabatan, serta nama. Beberapa kasus telah memberikan bukti. Masih teringat kasus seorang nenek yang mengambil tiga buah kakao di ladangnya sendiri. Memang kakao itu milik perusahaan yang menyewa ladang itu. Namun tak punyakah hati perusahaan itu? Si nenek telah meminta maaf, namun perusahaan tetap membawanya ke meja hijau. Dalam sudut pandang hukum, nenek itu memang bersalah. Tapi dari sudut pandang hati nurani, perusahaan itu sangat miskin hati. Kasus lain yang sedang hangat dibicarakan adalah curhat seorang Alanda Kariza. Sang ibu menjadi terdakwa kasus Bank Century. Lewat curhatan Alanda kita dapat melihat bahwa sang ibu sebenarnya tak tahu apa-apa tentang kasus itu. Sang ibu hanya menjalankan perintah atasannya. Namun di pengadilan, sang ibu dituntut 10 tahun penjara. Sedangkan atasannya yang “beruang” hanya 7 tahun penjara.
                Kita tak bisa hanya menyalahkan pemimpin negeri. Tapi kita juga tak salah untuk mengkritik pejabat “beruang” itu. Terbayangkan Indonesia yang sangat miskin, tak ada orang kaya di sana. Masih mungkinkah Hukum Uang berlaku? Di dunia, kadang hukum terasa tak adil. Tapi di akherat, hukum paling adil pasti berlaku.
Baca SelengkapnyaHukum Uang di Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nurdin vs Noordin

Artikel berikut bukan bermaksud untuk memihak atau menyerang salah satu pihak. Ini hanya sekedar opini atau unek-unek mengenai masalah yang sepertinya sulit untuk dihilangkan dari Indonesia. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

              Mungkin sepintas sepakbola dan teroris tak punya hubungan apapun. Namun ada sedikit persamaan di antara mereka, salah satunya adalah jumlah orang yang terlibat. Entah itu yang terlibat langsung di lapangan, maupun yang berperan di belakang layar. Penonton sepakbola sangat banyak. Begitu juga korban para teroris pada umumnya juga cukup banyak. Jika kita membahas sepakbola dan teroris di Indonesia, tentu kita akan sampai pada dua nama, Nurdin Halid dan Noordin M Top. Siapa sich yang tak tahu mereka? Nurdin Halid, Ketua PSSI yang sudah lama menduduki jabatannya. Sedangkan Noordin M Top disebut-sebut sebagai salah satu “petinggi” para teroris. Jika dibuat sebuah perbandingan sederhana, Nurdin dan Noordin memiliki perbedaan dan persamaan.
           Dimulai dari perbedaan mereka. Nurdin yang telah lama menduduki jabatan sebagai Ketua PSSI hanya mementingkan diri dan kelompoknya sendiri. Walau dia selalu berkata di depan media bahwa semua itu demi Indonesia, namun tetap saja tak ada bukti nyata dari semua ucapannya. Dia juga bersikeras tak mau turun dari jabatannya padahal hampir seluruh pecinta sepakbola Indonesia berseru “Nurdin Turun”. Beda Nurdin, beda pula Noordin. Seperti yang kita tahu, Noordin merupakan buronan kelas atas. Gerakan yang dia dan anak buahnya lakukan sekilas terlihat hanya untuk “mempopulerkan” organisasinya. Namun nyatanya teror yang mereka lakukan berpihak kepada pihak yang tertindas, teror demi perjuangan. Tak ada yang menyeru “Noordin Turun”. Justru Noordin tumbang karena penggrebekan yang dilakukan oleh Densus 88.
              Sedangkan persamaan yang mereka miliki adalah tekat yang kuat untuk mencapai tujuannya. Nurdin bertekat untuk terus menjadi Ketua PSSI walau prestasinya tak ada. Di lain pihak Noordin mempunyai tekat untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik. Namun berbeda dengan Nurdin, Noordin paling tidak telah menunjukkan bukti tekatnya itu. Walau bukti yang ditunjukkan adalah kerusakan, tapi itu adalah sebuah bukti usahanya. Mungkin saya ataupun Anda tak tahu maksud sebenarnya dari tindakan yang Nurdin dan Noordin lakukan. Namun yang pasti kita dapat melihat bahwa mereka mempunyai keteguhan hati untuk mencapai tujuannya. Baik dan buruk itu terserah pandangan masing-masing orang. Yang satu berbicara tanpa bukti, sedangkan yang satu berbicara namun buktinya terlalu ekstrim.

                Sepakbola dan teroris, tak ada benang merah di antara keduanya. Namun akibat yang ditimbulkan terkadang menyusahkan banyak orang, terutama di Indonesia. Sangat susah untuk menangkap Noordin yang juga dalang teroris, namun lebih susah untuk memaksa Nurdin turun dari jabatannya. Haruskah Nurdin berakhir seperti Noordin?
Baca SelengkapnyaNurdin vs Noordin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS