RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Cinta Karena Terpaksa?

© ngasih.com
Seorang cowok sedang duduk santai di depan rumahnya. Wuuss, seorang cewek melintas cepat dengan sepedanya. Terkesima dengan cantiknya, si cowok tanpa pikir panjang lalu mengambil sepedanya yang ada di garasi. Dia berdandan ala orang yang suka olahraga. Baju tanpa lengan, celana pendek, dan handuk kecil di leher. Kayuhannya lemah mengejar si cewek. Pantas saja, dia sudah lama tak pernah bersepeda. Pelan tapi pasti, “mangsa”nya terkejar. Berkenalan, itu targetnya. Sejak hari itu, si cowok gemar bersepeda pagi lagi.
Pasti sudah biasa ya lihat atau baca setting cerita seperti itu. Ya, itu sepenggal adegan di sebuah FTV yang beberapa minggu lalu aku tonton. Tak sengaja sih awalnya, tapi kok lama-lama susah beranjak dari sofa. Apa karena ada sepeda yang ambil bagian? Entahlah. Yang pasti ada satu hal menarik yang jadi renunganku.

Pernah nggak kita suka sesuatu, yang jadi kesukaan orang yang kita sukai? Hmm, pasti sebagian besar dari kita pernah. Si dia suka komputer, kita lalu otodidak belajar komputer. Si dia suka bersepeda, kita susah payah gerakin kaki mengayuh sepeda. Si dia suka minum bajigur, kita lalu paksain suka bajigur. Mungkin kalau cuma sebatas suka dengan si dia, kita tak mungkin susah payah memaksa diri untuk suka sesuatu yang asing. Tapi beda cerita kalau level kita sudah lebih jauh. Apa itu?

CINTA. Ya, kalau kita sudah mulai merasakan cinta, sesuatu yang asing pun jadi terasa familiar. Sesuatu yang berat akan keliatan mudah (hanya keliatan, lho). Pantang menyerah untuk suka sesuatu itu. Alasannya supaya si dia terkesan dan menghargai usaha kita. Bukankah cinta perlu usaha dan pengorbanan? Dengan itu, kita berharap si dia juga merasakan hal yang kita rasakan. Tapi, kalau seperti itu, akan terlihat seperti terpaksa kan? Kita yang awalnya tak suka, lalu memaksa diri untuk suka. Seperti anak SD yang tak suka matematika, tapi dipaksa mendapat nilai bagus di ulangan matematika. Padahal dalam bidang menggambar, dia nomor satu.

TERPAKSA, bukanlah cinta yang sesungguhnya. Bukan cinta yang alami. Aneh nggak sih kalau cinta kepada manusia saja kita harus menyiksa diri? Terus bagaimana cinta yang alami? Ya, rasakan saja dengan hati. Jika kita suka kesukaannya supaya kita dekat dengannya, lalu berharap cinta akan hadir perlahan, maka itu terlihat kurang kece. Kita terpaksa untuk melakukan hal yang tak disukai, dan dia terpaksa merasakan cinta yang kita coba tunjukkan.
Cinta yang alami mungkin seperti ini. Misal diskusi sama si dia tentang sebuah novel. Dia cerita lebar-panjang, dan kita tertarik. Nah, saat itu cinta datang secara alami. Kalau pun nanti kita tertarik untuk membaca novelnya sendiri, itu satu langkah berarti. Perkembangan kita untuk suka membaca.
Di lain kasus, saat dia bercerita tentang manfaat Sholat Dhuha. Dia ceritakan pengalaman kerennya setelah membiasakan Sholat Dhuha. Kita tergerak karena ceritanya, dan mulai membiasakan. Nah, setelah kita merasakan manfaatnya, ucapkanlah Alhamdulillah karena nikmat harus kita syukuri. Itu juga salah satu cinta yang alami? Ya, kita anggap saja begitu.
Cinta kepada sesama manusia itu harusnya memang hadir tanpa paksaan. Cinta harusnya mengalir begitu saja. Suka kesukaannya tanpa kita sadari. Tapi, ada satu cinta yang akan membuat terlena saat kita benar-benar merasakannya di hati. Kita akan melakukan segala hal yang Dia sukai tanpa pernah terpaksa. Cinta apakah itu?

CINTA KEPADA SANG PENCIPTA. Cinta yang sangat nikmat. Cinta yang paling tinggi derajatnya. Sudahkah kita cinta kepada Allah? Seberapa besar cinta kita kepada Allah?
Allah suka kepada kebaikan. Allah juga suka jika kita melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Jika hati kita dipenuhi dengan cinta kepada Allah, tentu kita tak akan terpaksa untuk melakukan semua yang Allah sukai. Begitu pun jika kita terpaksa melakukan yang Allah perintahkan, tentu itu masih lebih baik daripada tidak melakukan sama sekali. Paling tidak, kita mencicipi bagaimana rasanya cinta yang hakiki.

Jadi, masih ngaku cinta si dia, tapi terpaksa untuk suka semua kesukaannya? Pikir lagi deh, mungkin itu bukan cinta. Ya bisa saja cuma ketertarikan sesaat. Kalau beneran cinta, harusnya kita tanpa sadar suka kesukaannya, tanpa terpaksa. Tak ada keindahan cinta karena terpaksa. Pun jika kita tak suka, lebih baik jujur bilang apa adanya. Toh si dia juga akan memaklumi. Cinta kan memang saling melengkapi.
Tapi tunggu dulu. Letakkan derajat cinta kita kepada Allah di atas cinta-cinta yang lain. Kalau cinta kepada makhluk saja kita bisa berkorban, kenapa cinta kepada Allah kita justru tak mau berkorban? Mari tata kembali hati kita.

Baca SelengkapnyaCinta Karena Terpaksa?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jujur Sepanjang Umur

© wulandianpertiwi.blogspot.com
“Son, jawaban nomor 3 apa? Cepet, keburu ketahuan!” tanya Dudung sedikit memaksa. Soni hanya menggelengkan kepala tanda dia juga tak tahu jawabannya.
“Nomor 11 jawabannya B. Kalau 12 sampe 15 apa?” mata Bara menatap tajam ke arah lawan bicaranya. Martin hanya mengacungkan jari telunjuknya kepada Bara. Itu berarti jawabannya A.
“Luv, Esterifikasi itu apa sih? Emang Pak Bakrie pernah ngajarin?” wajah Srikandhi tampak sangat bingung. Luvi, gadis berkerudung yang duduk di pojok belakang, hanya tersenyum melihat raut kebingungan gadis tomboy yang duduk di depannya itu.
Kelas XI IA 2 tampak sedikit ramai. Bu Ratna, pengawas ujian kelas itu, sedang ke kamar mandi. Tangan beliau kejatuhan kotoran cicak, jadi dengan tergesa-gesa Bu Ratna berlari ke kamar mandi untuk membersihkannya. Pak Wardi, pengawas yang lain, tampak tidur pulas. Ihh, ilernya hampir mengalir.
Suasana di kelas sebelah sungguh sangat berkebalikan. Pengawas ujian di kelas XI IA 3 terkenal cukup sangar. Ya, ada Pak Budi dan Bu Mustini. Kabarnya, mata mereka tak akan pernah lepas mengamati gerak-gerik tiap siswa. Terbukti, Bu Mustini menegur Maman. Yang ditegur tampak sangat kaget.
“Itu tangannya ngapain masuk-masuk ke laci? Nyimpen HP ya?!” mata Bu Mustini melotot tajam. Seandainya beliau tidak pakai kacamata, mungkin bola matanya sudah copot entah ke mana.
“Ng, ng, nggak kok bu. Ini tangan saya gatel, jadi garuk-garuk ke laci. Hehe…..,” jawab Maman sekenanya.
Niza, siswa yang duduk di baris paling belakang, hanya tersenyum. Dia merasa heran, kenapa setiap kelasnya diawasi oleh Bu Mustini, teman-temannya tampak tertekan saat mengerjakan ujian. Padahal beliau ‘kan tidak menggigit.

***

Siapa yang tak pernah mengalami suasana seperti itu? Kelas akan tenang saat pengawas ujiannya ada, sedangkan saat pengawasnya pergi, kelas seketika berubah riuh. Entah tanya jawaban, buka buku, atau tidur, yang pasti waktu singkat itu sangat berharga. Hayoo siapa yang tak pernah mengalami suasana itu? Ngaku saja…… :3
Saat di lembar jawaban ujian masih banyak tempat kosong, apalagi waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa menit, pikiran kita hanya terfokus kepada jawaban. Apapun cara dilakukan, mulai dari berpikir keras bagi yang berilmu, hingga bertanya kepada teman bagi yang menyerah. Namun, apakah kita ingat kepada satu kata yang penting saat ujian? Ya, kata itu adalah JUJUR.
Jujur berarti tidak berbohong saat melakukan sesuatu, misal dalam mengerjakan tugas. Tugas dikerjakan sendiri tanpa menjiplak milik orang lain. Jujur juga dapat diartikan tidak curang dalam bertindak, misal dalam mengerjakan ujian sekolah. Menjawab soal sesuai kemampuan diri sendiri tanpa tanya sana-sini.
Kata orang, jujur adalah sesuatu yang sudah sangat langka ditemui di sekitar kita. Di mana-mana banyak kebohongan demi kenyamanan diri sendiri. Mulai dari anak yang berbohong kepada orangtuanya, hingga pejabat gendut yang menjadi koruptor kelas paus. Jujur adalah sebuah kata positif yang kini sering disandingkan dengan arti negatif. “Jujur hancur”, barangsiapa bicara jujur, kelak dia pasti hancur. Begitulah yang banyak dikatakan orang.

Pernah melihat pengendara motor yang menerobos lampu merah, padahal di sana tertulis “Belok kiri ikuti lampu”? Jika dipikir ulang, apakah tulisan itu tidak terlihat? Atau mungkin si pengendara memang buta huruf? Namun jika ternyata dia bisa membaca, betapa sangat sedih guru SD yang telah mengajarinya membaca saat kecil. Mungkin sang guru akan merasa sangat bersalah jika siswanya ternyata tak bisa membaca rambu lalu lintas.
Apa yang membuat kita terkadang nyaman dengan kebohongan? PENGAWAS. Ya, tak terlihatnya seorang pengawas di mata kita, terkadang membuat hati kita enggan melakukan sebuah kejujuran. Kita masih berpikir bahwa kita butuh pengawas yang konkret, pengawas yang nyata, yang dapat kita lihat dengan mata kepala sendiri. Apakah kita lupa kepada Dia Yang Maha Mengawasi?
Pengendara motor yang menerobos lampu merah tadi mungkin tak diawasi polisi, namun ada Dia yang kemampuannya jauh di atas polisi. Pejabat koruptor mungkin luput dari pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun ada Dia yang pengawasannya jauh lebih teliti dari KPK. Seorang anak yang berbohong kepada orangtuanya atau mencontek saat ujian mungkin lepas dari mata pengawas, namun ada Dia Yang Maha Mengawasi setiap perbuatan kita.
Setebal dan serapat apapun topeng yang menutupi perbuatan kita, Dia Yang Maha Tahu pasti dapat menguliti apa yang ada di balik topeng itu. Sekiranya aib kita akan dibuka, Dia Yang Maha Kuasa dengan mudah melakukannya. Topeng kebohongan, meski itu seajaib topeng penguasa culas, Dia Yang Maha Berkehendak pasti akan membukanya, entah di dunia maupun nanti di akhirat. Dia, Allah Yang Maha Segalanya adalah pengawas kita yang sebenarnya.

Bohong kini telah menjadi sesuatu yang mainstream di masyarakat, bahkan sejak Tentara Gajah menduduki Makkah. Jadi, dengan jujur, kita telah menjadi manusia yang antimainstream, manusia yang luar biasa. Lebih dari itu, orang jujur akan mendapatkan tiga hal yang istimewa. Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal: KEPERCAYAAN, CINTA, dan RASA HORMAT”. Masih ragukah kita untuk melakukan kejujuran? Saat kita ragu, ingatlah bahwa ada Allah yang selalu mengawasi. Namun, apakah kita cukup dengan melakukan kejujuran? TIDAK. Kita harus menjadi INSPIRATOR.
Inspirator? Ya, seseorang yang menyebarkan inspirasi kebaikan kepada orang lain. Kita harus mengajak orang lain untuk melakukan kejujuran bersama kita. Tak hanya dengan kata-kata, kita bisa menunjukkan kejujuran dengan bukti tindakan kita. Misal kita berhenti di lampu merah saat ada tulisan “Belok kiri ikuti lampu”, meski ada yang sewot membunyikan klakson, cuek saja, toh kita benar. Mau tak mau pengendara di belakang kita akan berhenti. Walau terpaksa, yang penting mereka mau melakukan kejujuran bersama kita.Atau dengan mengembalikan dompet yang kita temukan kepada si pemilik. Juga menyerahkan kembalian yang seharusnya kepada pembeli, jika kita penjual. Hal kecil ini tak pelak bisa menginspirasi orang lain. Jadilah inspirator kejujuran setiap hari dan budayakan kejujuran sebagai kebutuhan.

Jujur itu adalah suatu tindakan yang dapat menenangkan hati. Berlaku jujur tak perlu pengawas yang kasat mata, cukup ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baik pengawas. Jujur juga akan terasa nikmat jika kita berlaku jujur bersama dengan orang lain di setiap harinya. Sebagai inspirator, perlahan kita ubah jujur menjadi lifestyle. Tak perlu risau dengan istilah “jujur hancur”, keyakinan kita akan membuat “jujur mujur”, jujur akan membawa kita pada keberuntungan. Oiya, jujur jangan hanya kemarin, hari ini, atau esok saja. Jujur itu tak mengenal umur, siapapun, jujur sepanjang umur.

“Kejujuran adalah amanah,
sementara dusta adalah suatu pengkhianatan.”
(Abu Bakar Ash-Shiddiq)

Baca SelengkapnyaJujur Sepanjang Umur

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kalian Mirip Ya

© storiette.mjeducation.com
Aku punya teman, sebut saja namanya Mifta. Banyak teman yang bilang kami mirip, walau kemiripannya hanya di beberapa hal. Tapi, karena seringnya teman-teman mengatakan kami mirip, semakin lama mereka menganggap kami “anak kembar” (atau justru Doppelganger?). Anggapan “anak kembar” itu tidak hanya dari teman-teman, bahkan dari orang yang notabene masih baru dalam mengenal kami.
Dulu sewaktu aku dan Mifta menjalani KKN, pondokan kami terpisah. Suatu hari Mifta sedang pergi karena sebuah urusan. Nah, saat itu aku datang ke pondokannya. Simbah yang punya pondokan ngobrol lama denganku. Tapi semakin lama, aku semakin heran, kok manggilnya Mifta terus. Akhirnya cucunya datang dan bilang, “Mbah, ini bukan Mas Mifta. Mas Mifta baru pergi”. Dan semenjak itu, aku tambah penasaran, kenapa bisa terlihat mirip sekali >.< Untung saat dulu aku mampir ke rumah Mifta, orangtuanya nggak salah bedain anaknya sendiri :D
Pernah nggak sih punya teman, yang kata orang mirip banget denganmu? Banyak orang bilang mirip, padahal kamu sendiri bingung miripnya di bagian mana. Bagaimana perasaanmu? Sebel karena merasa dimirip-miripin? Atau justru senang karena ada orang yang mirip? Anyway, fenomena miripnya seseorang dengan orang lain memang banyak ditemui, salah satunya aku rasain sendiri. Tapi, tahu nggak sih apa yang sebenarnya menyebabkan hal itu terjadi? Kenapa seseorang bisa mirip dengan orang lain, padahal mereka bukan saudara? Mungkin ini bisa menjawab rasa penasaran yang ada..........

DNA / GEN MIRIP
Sel manusia tersusun atas DNA. Pada dasarnya, DNA mempunyai struktur yang terdiri dari Fosfat, Deoksiribosa, dan Asam nukleat. Asam nukleat mempunyai 4 macam, yaitu A (Adenin), G (Guanin), C (Sitosin), dan T (Timin). Yang paling mempengaruhi struktur DNA adalah susunan asam nukleatnya. Susunannya bisa AGTGAGTG, ACTGCAGT, atau milyaran kemungkinan yang lain. Susunan DNA yang seperti itu akan mempengaruhi “instruksi” kepada asam amino pembentuk wajah. Karena perbedaan DNA hanya dipengaruhi oleh 4 asam nukleat itu, bisa saja susunannya mirip dengan DNA orang lain (tidak mungkin sama jika bukan saudara kandung). Nah, bayangkan saja ada 7 milyar lebih penduduk bumi, pasti ada beberapa orang yang mirip dengan kita (kata orang, manusia punya 7 “kembaran”)[1].
FYI, susunan asam nukleat itu yang digunakan pada tes DNA. Jika susunan asam nukleat DNA uji mendekati 100% kemiripannya dengan DNA sampel, berarti besar kemungkinan mereka mempunyai hubungan saudara sedarah.

KESAMAAN PENAMPILAN atau HAL YANG DISUKAI
Si A punya jambang yang lebat, begitu juga si B. Kemudian orang bilang mereka mirip. Kasus seperti ini sering sekali terjadi. Ketika ada dua orang mempunyai kesamaan penampilan atau hal yang disukai, orang di sekitar menganggap mereka mirip. Seperti aku dan Mifta. Kami memakai kacamata yang modelnya hampir mirip, potongan rambut juga sedikit mirip. Itu dari penampilan. Dari segi hobi, kami suka futsal, juga suka ngobrol nggak jelas. Bahkan kadang jalan pikiran kita sama, walau kadang banyak absurd-nya. Mungkin dari beberapa hal itu yang menyebabkan kami dianggap “anak kembar”. Tapi jangan anggap semua orang yang punya kesamaan hobi sebagai “anak kembar”. Nanti pemain sepakbola bingung bedain mana kawan dan lawan.
Nb: Kesamaan penampilan juga terlihat dari seorang bintang iklan “minuman penolak angin” dan presiden suatu negara di Asia Tenggara.

KESENGAJAAN
Banyak orang terobsesi untuk menjadi sama dengan tokoh atau artis idolanya, mulai dari hobi sampai penampilan. Bahkan yang ekstrim, sengaja menjalani beberapa kali operasi plastik supaya wajahnya mirip dengan tokoh idola. Seorang pemuda di Filipina, dikabarkan rela menjalani 23 kali operasi demi mempunyai wajah sama dengan Superman[2]. Ini hanya salah satu contoh. Masih banyak di luar sana, orang-orang yang terobsesi untuk mirip dengan idolanya.

MEMBAYANGKAN ORANG LAIN
Untuk hal yang satu ini, mungkin saja terjadi ketika kita sedang terbayang-bayang wajah orang lain, terlebih orang yang sangat spesial. Contoh kasus ketika si A melihat seorang gadis di jalan. Saat gadis itu tersenyum, si A merasa gadis itu mirip si B. Padahal orang lain belum tentu sependapat. Nah, mungkin saja ketika si A melihat gadis itu, dia sedang terbayang-bayang wajah si B. Atau mungkin juga senyum si B mirip dengan senyum gadis itu. Ini tergantung persepsi dari masing-masing orang.
Nb: Apakah seseorang yang sedang jatuh cinta, akan melihat setiap orang mirip dengan kekasihnya?

JODOH
Jodoh dalam hal ini disempitkan menjadi kekasih, entah kekasih sementara atau kekasih dalam rumah tangga. Kata seorang kakak senior, “Jodoh itu adalah seseorang atau sesuatu yang membawa kebaikan saat kita bertemu dengannya”. Kebaikan ini akan membawa kebahagiaan bagi pasangan kekasih yang telah lama hidup bersama. Kebahagiaan ini akan terpancar dari wajah atau ekspresi pasangan tersebut. Ekspresi dari wajah inilah yang menyebabkan interaksi dan komunikasi antara pasangan, yang kemudian membentuk sisi dan guratan-guratan di wajah[3]. Kemiripan ini bisa terlihat ketika mereka sedang tersenyum atau tertawa. Kemiripan ini akan semakin terlihat jika pasangan selalu bahagia. Pernah lihat pasangan tak bahagia yang punya kemiripan wajah?
Ada juga penelitian yang menyebutkan kemiripan DNA-lah yang membuat pasangan menemukan jodohnya[3]. Kemiripan ini (tak selalu kesamaan wajah, bisa juga kesamaan hobi) yang mungkin membuat pasangan saling tertarik. Atau karena perempuan adalah potongan tulang rusuk dari laki-laki, jadi DNA mereka mirip? Apapun itu, jodoh adalah rahasia Allah. Berdoa saja, dan serahkan jodoh kepada-Nya.

So, adakah teman yang mirip denganmu? Kalau ada, yang manakah penyebabnya? Kalau temanmu itu lawan jenis, bisa jadi itu calon jodohmu. (^^)


Referensi:
[1] Benarkah Manusia Punya 7 Kembaran, Mitos atau Fakta?
[2] Demi Mirip Superman, Pria Ini Jalani 23 Operasi
[3] Fenomena Wajah Pasangan yang Mirip, Mitos atau Fakta?
Baca SelengkapnyaKalian Mirip Ya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jangan Ambil Dia Dariku

© mymoen.wordpress.com
Punya teman dekat itu rasanya pasti super duper menyenangkan. Sedang sedih atau bahagia, mau badmood ataupun goodmood, selalu ada orang yang bisa diajak ngobrol, bertukar pikiran. Apalagi jika teman itu sudah dianggap sebagai seseorang yang spesial, lihat wajahnya dari jauh pun hati sudah terasa adem. Tak berjumpa rasanya hampa, saat bertemu muka tak bisa berkata-kata. Ah, otak dan hati kadang tidak sinkron.
Teman dekat atau seseorang yang spesial, sebut saja “si dia”, terkadang secara sepihak kita klaim sebagai “ini milikku”. Padahal tak ada batasan seseorang mau berteman dengan siapapun. Pernahkah ada seseorang yang membicarakan tentang si dia di hadapanmu dan orang itu tertarik dengan si dia? Apa yang dirasa? Hati terasa sesak? Atau biasa saja? Mungkin ego ini terlalu besar untuk sekadar berkata “aku tak apa kok”.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan kita seakan tak rela jika si dia “diambil” oleh orang lain? Ini jawabannya.......

SUKA
Saat kita suka dengan si dia, seakan setiap waktu ingin selalu bertemu dengannya. Jika ada orang lain yang juga suka, hati kecil kita seakan tak rela untuk membiarkannya. Seperti saat sedang kuliah, kita sangat suka untuk duduk di baris ketiga dari depan. Apapun kuliahnya, pokoknya harus duduk di baris itu. Jika suatu saat ada orang lain yang suka dengan baris itu dan duduk di sana, ada perasaan tak rela. Ingin sekali mengusir orang itu, tapi itu bukan bangku milik kita. Pada akhirnya, hanya bisa bersabar.
Tapi, apakah hanya karena rasa suka lalu membuat kita egois seperti itu? Tidak. Perasaan tak ingin kehilangan akan semakin kuat, jika kita telah lama mendapatkan..........

PERHATIAN
Perhatian dari si dia? Iya, tepat sekali. Si dia yang selalu ada untuk kita, selalu dekat dengan kita, secara tak langsung akan kita anggap sebagai perhatian. Wajah seriusnya saat mendengarkan kita bicara dan kebaikan hatinya saat kita mengalami kesusahan, adalah sedikit bentuk perhatiannya. Lalu ketika ada orang lain yang mendapat perhatian dari si dia, hati terasa sesak. Rasanya ada yang hilang. Tapi sekali lagi, hanya bisa bersabar.
Tak hanya perhatian, perasaan tak ingin kehilangan akan bertambah karena ini...........

INGIN MEMILIKI
Jika merasa suka, maka kita ingin memilikinya. Jika si dia terus bersama kita, maka perhatiannya tak akan terbagi dengan orang lain. Seperti saat suka dengan sepatu di toko, kita ingin memilikinya. Apapun caranya seakan pantas untuk dilakukan. Tapi ketika ada orang lain yang juga suka dan ingin memiliki sepatu itu, kita tak mungkin untuk melarangnya. Pada akhirnya, jika tak berhasil memilikinya, kita hanya bisa bersabar.
Suka dengan si dia dan ingin mendapat perhatian yang penuh darinya, akan munculkan rasa ingin memiliki. Tapi, apakah hanya itu? Masih ada, yaitu.........

TAKUT
Takut jika nanti si dia tak bahagia saat bersama orang lain, takut jika nanti si dia sakit dan tak ada yang peduli, juga takut nanti si dia jadi kesepian, adalah beberapa perasaan takut yang mungkin muncul jika si dia “diambil” orang lain. Dengan berkurangnya frekuensi perjumpaan dengan si dia, kita tak bisa sepenuhnya tahu yang dia rasakan. Dan pada akhirnya, hati terasa tak tenang.
Setelah 4 hal di atas, ada satu hal terakhir yang menyebabkan kita tak rela si dia “diambil” orang lain, yaitu.........

CINTA
Karena cinta, orang akan berkorban tanpa peduli apa akibatnya. Karena cinta juga, si dia akan lebih penting daripada diri sendiri. Cinta terkadang hadir dari rasa suka. Cinta hadir karena perhatian yang tulus dari si dia. Dan jika ada orang bilang “cinta tak harus memiliki”, itu bohong. Cinta itu harus memiliki, cinta itu harus selalu dekat dengannya. Jika tak memiliki, bagaimana kita bisa cinta?
Lalu, cinta akan hadir karena ketakutan kita. Takut jika si dia terjadi apa-apa, takut si dia berduka, juga takut si dia marah kepada kita. Itulah yang disebut peduli.
Cinta adalah sesuatu yang alamiah hadir di hati setiap manusia. Tak ada daya untuk mematikannya. Yang bisa dilakukan hanya menjaga cinta itu supaya tidak merusak hati. Serahkan saja cinta itu kepada Allah, biarkan Allah yang memeramnya hingga matang pada waktunya. Dan jika kita tak rela orang lain “mengambil” si dia dari sisi kita, bersabarlah. Gunung tak akan lari ke mana, jodoh pun tak akan tertukar dengan orang di samping kita. Ingat, mungkin saja si dia akan pergi dari kita, tapi Dia Yang Maha Segalanya akan tetap bersama kita.
Baca SelengkapnyaJangan Ambil Dia Dariku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS