RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Andai Saja

© katamutiara.me
Pernahkah kamu temui sisipan sindiran lewat seuntai pesan, satir lembut bernada getir, atau simbolisasi pujaan dalam bait puisi? Bukan di dunia nyata, bukan di dunia yang nyatanya sangat damai sejahtera. Ini tentang dunia maya, dunia terbalik yang gaduh, riuh, dan tak acuh. Dunia penuh sindiran, satir, dan simbolisasi. Dunia dengan satu kalimat bijak, “Tak ada yang lebih benar selain golonganku”.

Andai saja Facebook tak ada, andai saja Mark tak terpikir untuk coding produk ini, mungkin saja perang foto tak ada juga. Tak akan pernah ada status saling sindir antarpendukung, tak ada juga makian serta cercaan yang saling mengisi linimasa.

Andai saja Twitter tak ada, andai saja “burung biru” itu lepas terbang, mungkin saja 140 karakter saling serang tak pernah ada juga. Tak akan pernah ada tweetwar seru hingga flooding, tak ada juga hashtag sekadar sindir, serta tak akan pernah ada hashtag spesifik ditambah mention yang saling tindih di linimasa.

Andai saja portal berita online dan media lain tak pernah ada, mungkin saja black campaign tak pernah muncul. Tak ada saling gugat, saling tuduh, juga saling hasut. Mungkin semua tampak damai tanpa kehadiran media.

Andai saja. Andai saja masalah sosial tak dibawa ke dunia maya, tentu tenggang rasa akan terus terpelihara. Andai saja masalah agama tak dibawa ke dunia maya, tentu toleransi akan langgeng terjaga. Andai saja masalah golongan tak dibawa ke dunia maya, tentu kebencian tak akan nyata. Andai saja tak ada dunia maya, tentu kehidupan akan lebih tertata. Andai saja tak ada kehidupan, tentu saja tulisan ini tak akan pernah ada.

Baca SelengkapnyaAndai Saja

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[Cerita Mini] Misteri Gadis Bergaun Putih

© mefist0.blogspot.com
Dia seorang gadis kecil. Aku perkirakan umurnya sekitar 5-6 tahun, bergaun terusan warna putih bersih. Sudah tiga hari aku melihatnya berdiri bersandar kepada batu besar di tepi jalan. Kepalanya selalu menunduk saat aku melihatnya dari seberang jalan. Dia seperti sedang menunggu. Aneh, dia selalu di sana saat senja mulai hilang, saat aku pulang dari tempatku mengadu nasib. Aku tak mengenalnya, karena memang aku baru tiga hari di kota tempat tinggal pamanku ini. Ingin kusapa dia, tapi aku ragu. Ada rasa aneh yang menahanku untuk melakukannya. Bahkan, orang yang melintas pun seakan tak acuh dengan sosoknya.

Hari ini senja keempatku. Dalam perjalanan pulang, aku teringat cerita paman tadi malam. Saat aku bertanya tentang gadis kecil itu, paman bercerita tentang peristiwa setahun lalu. Sebuah mobil lepas kendali, lalu menabrak batu besar tempat gadis kecil itu bersandar, tepat saat senja mulai hilang. Gadis kecil itu, saat itu sedang menunggu ibunya datang menjemput. Dia sedang bersandar di batu sambil berharap sang ibu segera datang. Malang memang tak dapat ditolak, sang ibu yang baru tiba, melihat gadis kecil itu tertabrak mobil. Gaun putihnya bersimbah darah.

Beberapa meter lagi, aku akan melewati batu besar itu. Dari jauh aku sudah melihat gadis kecil itu, yang kini gaun putihnya bermotif bercak merah tua. Tepat saat aku di seberangnya, gadis kecil itu tak lagi menunduk. Dia menatapku. Dia tersenyum, seakan berkata, “Kau sudah tahu tentangku ya?”.

Baca Selengkapnya[Cerita Mini] Misteri Gadis Bergaun Putih

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS