© |
Saat
itu sore hari setelah Ashar. Dalam perjalanan pulang, aku melihat dua perempuan
berkerudung rapi berjalan kira-kira 10 meter di depanku. Warna kerudung mereka
yang ngejreng tak luput dari
perhatianku. Namun yang lebih menarik perhatianku adalah tas jinjing yang
mereka bawa. Bukan karena tas mereka bermerek terkenal, bukan juga karena
mereka dengan lincahnya (mungkin sedikit genit) memainkan tas mereka, tapi karena
fenomena mahasiswi yang kuliah menggunakan tas jinjing sudah menjadi konsumsi
umum. Renungan singkatku saat itu kini dapat kurangkum secara sederhana.
Mahasiswa
sejak dulu terkenal dengan tentengan buku-buku tebal bak bantal batu. Atau juga
terkenal dengan intelektualnya yang didapat dari setumpuk catatan dalam tasnya.
Mungkin itu pandangan untuk beberapa tahun yang lalu sebelum era teknologi dan internet
menyerang. Kini, ensiklopedi 1000 halaman sudah dapat dibaca dengan hanya modal
tablet. Kapasitas penyimpanannya pun tak perlu rak besar dan kokoh. Cukup space kosong kira-kira 100 MB pun sudah
cukup. Begitu juga catatan kuliah, sudah bisa dibawa pulang dengan flashdisk 1 GB. Ya, teknologi membuat
kita lebih minimalis.
Bawaan
yang sedikit (minimalis) mungkin menjadi penyebab banyak mahasiswa dan
mahasiswi memakai tas jinjing atau selempang untuk kuliah. Dalam bahasan kali
ini, akan lebih menitikberatkan pada mahasiswi. Kata mereka, biar simple dan stylish gitu. Maka jangan heran jika penampilan mereka justru
terlihat seperti akan pergi ke mall daripada kuliah.
Punggungmu
itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Aku kasihan dengan punggung
kalian jika suatu saat mengalami nyeri. Aku kasihan jika suatu saat kalian
terkena skoliosis[1]. Membawa
beban di lengan juga dapat menyebabkan tendinitis[2] jika dilakukan dalam waktu lama. Namun hal ini dapat dihambat dengan
memindahkan beban ke lengan kanan atau kiri secara bergantian. Ini akan
mengurangi efek yang dihasilkan karena membagi beban ke lengan sama rata.
Punggungmu
itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Mungkin hanya persepsi
pribadi, namun perempuan yang memakai tas punggung atau ransel akan terlihat
lebih pintar dan cantik di mata. Mereka akan terlihat seperti mahasiswi beneran
saat kuliah. Buku, catatan, dan alat tulis mereka cermin akan usaha kerasnya
mencari ilmu demi masa depannya kelak. Namun bagi mahasiswi beransel, jangan
siksa punggungmu dengan buku-buku terlalu tebal atau bawaan berlimpah ruah. Bawa
beban seperlunya dengan ranselmu, jaga punggungmu untuk menopang pendampingmu
kelak.
Punggungmu
itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Berdasar sebuah penelitian,
pria lebih mudah terangsang daripada wanita[3]. Ini ilmu, silakan
kalau mau menganggap aku mesum atau sejenisnya. Tapi sekali lagi, jangan
menggunakan anggapan dalam ranah keilmuan. Ini bisa menjadi sebuah alasan mengapa
perempuan harus menjaga cara berbusananya juga lakunya. Pria cenderung lebih sensitif
secara visual. Apakah punggungmu, hei perempuan, rela untuk dipandangi para
pria? Terlebih dengan aroma parfummu yang dari jarak 10 meter saja aku dapat
menciumnya. Coba hiasi punggungmu dengan ransel, minimal itu dapat menahan
pandangan para pria akan setiap jengkal punggungmu.
Sebuah
kelancangan jika aku ingin mengubah pribadi orang lain. Tapi bukan sebuah
kelancangan jika itu adalah pandangan tentang fenomena sehari-hari. Hei mahasiswi,
hei perempuan, punggungmu itu terlalu berharga. Terlalu berharga jika tak
dijaga untuk kepentingan masa depanmu, penopang pendampingmu, juga tempat
bermanja buah hatimu kelak. Tak selamanya bidadari itu bersayap, ada juga yang
beransel.
Referensi:
[1] Salah Pilih Tas, Bahayakan Kesehatan
[2] Bahaya, Jinjing Tas di Lengan!
[3] Inilah Penyebab Pria Lebih Mudah Terangsang Dibanding Wanita
Tweet |
0 comments:
Post a Comment