© |
Bagi remaja yang baru lulus SMA,
kuliah adalah salah satu pilihan untuk tahap kehidupan berikutnya. Selain pilihan
si remaja sendiri, kampus mana yang dipilih, terkadang merupakan tuntutan dari
orangtua. Kampus terkenal dan favorit adalah harga mati. Konsekuensinya, si
remaja harus merantau ke kota lain, karena kampus favorit biasanya ada di
kota-kota besar.
Perantauan ini menuntut si remaja
-yang kini adalah mahasiswa baru- untuk lebih mandiri dalam hal apapun, salah
satunya manajemen keuangan. Setelah sebelumnya keuangan secara tidak langsung
diatur oleh orangtua, kini sebagai mahasiswa, keuangan harus diatur sendiri. Mulai
dari biaya kos, makan, minum, belanja, hingga biaya tidak terduga. Sensasi dalam
mengatur keuangan ini tentu berbeda bagi setiap mahasiswa, tapi tetap menjadi
pengalaman baru bagi siapapun yang mulai menginjak dewasa.
Kehidupan Mahasiswa dan Uang Bulanan
Pada umumnya, mahasiswa dianggap
sebagai makhluk yang sangat identik dengan “hemat”. Mulai dari urusan makan,
minum, hingga belanja keperluan pribadi, sebisa mungkin mencari tempat yang
menawarkan promo atau diskon. Bahkan jika memungkinkan, mahasiswa akan mencari
acara hajatan untuk sekadar mencari sepiring nasi kehidupan.
Uang bulanan seorang mahasiswa
biasanya berasal dari kiriman orangtua, beasiswa, atau hasil kerja sampingan. Jika
menuruti semua keinginan dan kebutuhan, jelas saja uang bulanan tidak akan
cukup. Sebagai makhluk “hemat”, mahasiswa akan sangat peduli dengan uang
pecahan kecil, mulai dari 20 ribu, seribu, hingga logam 100 rupiah. Maka dari
itu, manajemen keuangan mutlak diperlukan, supaya uang yang sudah disiapkan
untuk sebulan tidak ludes di tengah jalan.
Uang Pecahan 20 Ribu
Sebagian besar mahasiswa
menyimpan uangnya di bank, karena uang bulanan dari orangtua atau beasiswa
biasanya dikirim melalui bank. Uang akan diambil sedikit demi sedikit sesuai
keperluan. Karena sedikit demi sedikit inilah, penarikan tunai tidak mungkin
dilakukan melalui teller. Cara yang
mungkin adalah penarikan melalui ATM.
Penarikan uang melalui ATM banyak
dipilih karena kemudahannya. Tapi sekarang, ATM mempunyai pecahan minimal 50
ribu. Ini tentu menyulitkan mahasiswa karena jika saldo di bawah 50 ribu, tentu
tidak bisa dilakukan penarikan. Padahal di akhir bulan, uang 20 ribu sudah
dianggap sebuah anugerah. Melihat mahasiswa yang identik dengan “hemat”, uang
pecahan 20 ribu adalah sebuah penyambung hidup di saat-saat kritis. Banyak mahasiswa
yang merindukan masa-masa dulu. Masa saat ATM pecahan 20 ribu masih setia
melayani antrian mahasiswa di akhir bulan.
ATM BNI
BNI adalah bank, terutama di
Jogja, yang masih mempertahankan ATM dengan pecahan 20 ribu. ATM ini dapat
ditemui di kantor cabang yang dekat dengan kampus, seperti UGM dan UNY. Dengan adanya
ATM pecahan 20 ribu, banyak mahasiswa yang merasa sangat tertolong di tanggal
tua.
Seorang teman pernah bercerita,
dia senang dengan BNI karena masih mempertahankan ATM pecahan 20 ribu. Hampir setiap
tarik uang, dia memilih menggunakan anjungan pecahan 20 ribu. Alasannya sederhana,
untuk menahan keinginan jajan berlebih, karena dengan nominal 20 ribu
pengeluaran pasti terbatas.
Aku sendiri pun pernah merasa
sangat tertolong. Suatu hari ada keadaan mendesak, padahal uang di dompet kurang.
Teringat bahwa BNI punya ATM pecahan 20 ribu -karena saldo di bawah 50 ribu-,
maka kuputuskan menuju anjungan itu dan mengambil seperlunya. Bisa dibayangkan
jika tidak ada ATM pecahan 20 ribu, pasti saat itu aku sangat bingung.
Banyak mahasiswa di kota lain
yang merasa tertolong dengan ATM pecahan 20 ribu dari BNI. Bahkan ada seorang
kenalan di sekitar Bandung yang merasa bingung jika tiba akhir bulan. Ini karena
saldo yang ada harus dihemat semaksimal mungkin, sedangkan ATM yang ada
mempunyai pecahan minimal 50 ribu. Kemudian setelah dia tahu bahwa BNI
mempunyai ATM pecahan 20 ribu, dia sangat bersyukur. Usahanya untuk bertahan
hidup di akhir bulan akan sedikit lebih ringan.
Melihat cerita teman-teman dan
pengalamanku sendiri, ATM dengan pecahan 20 ribu terbukti sangat membantu,
terutama bagi mahasiswa di akhir bulan. Jika boleh berlebihan, ATM pecahan 20
ribu bisa dianggap sebagai salah satu penyambung hidup mahasiswa.
Perkembangan
yang progresif selama 69 tahun ini, tentu menunjukkan sebuah kemajuan yang
signifikan dalam hal pelayanan. Pelayanan yang maksimal salah satunya dilihat
dari masih dipertahankannya ATM pecahan 20 ribu. Pelayanan ini tentu akan
sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang identik dengan kata “hemat”. Semoga jumlah
ATM pecahan 20 ribu diperbanyak kembali, terutama di titik krusial seperti
kampus, karena terbukti sangat dibutuhkan. Juga karena kehidupan mahasiswa
salah satunya ada di uang pecahan 20 ribu.
Tweet |
0 comments:
Post a Comment