© gambar-kata.com |
Mentari dan pagi tak pernah
berjanji untuk selalu datang setiap hari. Mereka tak pernah bermulut manis
untuk menyapaku setiap hari. Tapi satu yang pasti, saat aku melewatkan
kehadiran mereka, ada keberkahan yang tak kudapatkan. Itu tertulis dalam banyak
buku panduan yang kubaca.
Pagi, tak jauh beda dengan cinta.
Tak ada janji yang dia ucapkan. Tak pernah ada koar-koar dia akan mengetuk
setiap pintu hati. Tapi satu yang pasti, saat aku mengabaikan kehadiran cinta,
ada hati terluka yang mungkin tak kusadari. Bahkan tanpa kutahu, rasa syukurku
akan hilang.
Janji adalah satu hal yang
sakral. Sempat tak sempat, bisa tak bisa, mau tak mau, aku harus menepatinya. Tak
peduli aku harus menentang hujan, tak peduli aku harus menantang angin, janji
harus ditepati. Tapi, apa yang mungkin terjadi jika aku melanggar janji? Hati yang terluka.
Seperti pagi yang hadir setiap
hari, cinta dan janji pun harus kusambut dengan hangat. Tak ada alasan untuk
tak perlakukan mereka dengan lembut. Tak ada dalih untuk mengabaikan wujud
nyatanya. Karena jika aku tak acuh, ada hati yang akan terluka.
Walau kutahu pagi tak peduli aku
melewatkannya, aku yakin pagi pun bisa terluka. Keberkahan yang tak kudapatkan,
itulah bentuk ke-"terluka"-an sang pagi. Dan aku sadar, cinta dan
janji pun pasti bisa menghadirkan hati yang terluka, jika aku mengabaikannya.