Pernahkah kalian merasa sedih? Pernahkah kalian merasa menangis adalah cara satu-satunya untuk menghapus sedih itu? Tapi kalian sendiri tak tahu sedih karena apa. Tak tahu sebab kesedihan itu. Mungkin kalian ingat sesuatu? Mungkin kalian ingat sebuah kenangan? Atau mungkin memang kesedihan itu seperti air. Datang mengalir lalu pergi lagi.
Mungkin pernah kita tiba di puncak paling datar di hidup kita. Sebuah keadaan di mana kita tak tahu harus berbuat apa. Mungkin kita juga pernah mendengar kalimat "Life is never flat". Tapi pernahkah kita berpikir, benarkah hidup tak pernah datar? Hampir semua orang pasti pernah merasa kehidupannya datar. Hari-harinya terisi dengan kegiatan yang sama. Senin hingga Minggu, lalu Senin dimulai lagi. Ingin rasanya membuat sesuatu yang beda. Tapi apa?
Mungkin kita juga pernah tertekan. Tertekan karena kenangan kita sendiri. Pernahkah kalian sedih karena kenangan kecil kalian? Kenangan saat kita dipandang lucu oleh orang lain, namun kita sendiri tak merasakan itu. Kenangan saat kita di bangku Taman Kanak-Kanak, saat kita isi hari kita dengan bermain. Aku masih ingat betapa serunya balapan sepeda dengan teman-teman. Aku juga masih ingat betapa sakitnya jatuh dari sepeda atau saat ibu jari kaki kiriku masuk ke dalam ruji-ruji roda. Semua kenangan bersama teman-teman saat itu tak akan pernah bisa terganti.
Mungkin kalian juga merasakan hal ini. Teringat teman-teman SMA yang sangat berkesan. Banyak kenangan dan pelajaran hidup yang aku dapat. Sebuah kekompakan yang rasanya bermilyar-milyar rupiah pun tak sanggup untuk membayarnya. Kuingat aku dan teman-teman sering memanfaatkan waktu pelajaran kosong untuk bermain futsal di lapbas. Walau kadang dimarahi oleh guru, namun itu tak bisa menghapus kebiasaan kami. Masih kuingat juga saat tiba waktu menyenangkan itu. Saat aku dan teman-temanku main tebak-tebakan yang membuat seisi kelas tertawa meriah. Kenangan-kenangan yang mungkin tak akan terulang.
Ada lagi yang kadang aku rasakan hal itu sangat berkesan. Saat-saat awal aku mengenal teman baru kimia lewat Facebook dan Twitter. Walau tak tahu seperti apa mereka, tapi anehnya hanya dengan waktu yang sebentar kita sudah cukup akrab. Seakan kita sudah lama kenal. Tiap hari ngobrol dan bercanda tak jelas. Bom notification yang kadang aku tunggu lagi. Tapi sekarang sepi tak seperti dulu. Satu lagi yang buatku cukup senang untuk mengingatnya. Teringat saat bingung untuk mengisi waktu libur setelah UN untuk apa. Juga saat bolak-balik ke GSP untuk berbagai keperluan MABA. Kenangan saat bercanda dengan teman-teman. Namun sekarang semua itu telah berlalu. Semua hanya tinggal kenangan. Kenangan terdalam.
Tapi ingat, sejatuh apapun keadaan kalian, berpikirlah jernih. Mungkin karena kenangan, kalian merasa tak ada lagi yang bisa dilakukan. Mungkin karena tekanan, kalian tak kuat untuk menanggungnya. Mungkin meninggalnya MABA Teknik Geologi beberapa hari yang lalu (baca: http://www.detiknews.com/read/2010/10/09/133911/1459935/10/47-hari-hilang-mahasiswa-ugm-ditemukan-meninggal-secara-misterius?nd993303605 , baca juga http://us.detiknews.com/read/2010/10/09/142107/1459950/10/hasil-otopsi-mahasiswa-ugm-ada-2-luka-sayatan-di-tangannya ) merupakan sebuah bukti betapa kerasnya tekanan karena hidup ini. Tapi hidup pasti akan memberikan jalan keluar untuk semua itu.
Kenangan adalah sebuah hal yang cukup menyiksa. Saat rasa sedih karenanya datang, tak ada salahnya untuk menangis. Saat keadaan memaksamu untuk menangis, ikuti saja keadaan. Karena jika kau menentangnya, maka kau akan semakin menangis karenanya. Kenangan bukan hanya untuk disimpan, tapi untuk diingat dan kita renungi apa yang telah mengantarkan kita hingga tiba sekarang. Yang pergi biarlah pergi, maka yang baru akan buatmu tersenyum kembali.
Tweet |
0 comments:
Post a Comment