Akhirnya setelah hampir setengah tahun vakum dari ngeblog, kini bisa nulis lagi. Bertepatan dengan suasana akhir tahun yang penuh aura politik, jadi nggak ada salahnya mengungkapkan sedikit pendapatku tentang politik. INI HANYA OPINI PRIBADI, tidak ada maksud menyerang atau menjatuhkan pihak manapun. Maaf jika nantinya ada pihak yang merasa tak nyaman atau tersinggung dengan sekilas pendapat ini.
===========================================
Politik itu amfoter. Mungkin banyak yang tahu arti kata “politik”, dari anak TK hingga pejabat setengah hebat pasti paham maksud kata ini, tentu dengan ideologi masing-masing. Namun tahukah arti kata “amfoter”? Dalam bidang kimia, amfoter adalah sebutan untuk unsur atau zat yang dapat bersifat asam maupun basa. Bisa dibilang berkepribadian ganda. Jadi “Politik itu amfoter” berarti politik punya dua kepribadian.
Amfoter dalam kenyataannya hampir tak mungkin netral, selalu bersifat asam atau basa, tak ubahnya politik. Politik akan mengayomi mayoritas, cenderung tak berpihak pada minoritas. Politik pada dasarnya adalah kepentingan suatu kelompok untuk memperbaiki atau menjadikan kehidupan di sekitarnya menjadi lebih baik. Dasar yang sangat baik, namun dengan menyertakan kata “kelompok”, tak dapat dipungkiri politik hanya mengakomodasi kelompok dengan masa yang besar.
Dalam praktek sederhananya, politik digunakan sebagai jalan untuk mengunggulkan “kader”nya, juga pemimpin dari kelompok mereka. Menilik tauladan yang tentu kita tahu, pemimpin bukanlah seseorang yang diajukan untuk dipilih, tapi seseorang yang dipilih tanpa diajukan. Namun di negeri ini, tak mungkin seseorang pemimpin dipilih tanpa mengajukan diri (dengan dalih demokrasi). Pemimpin sejati hendaknya dipilih dengan hati, bukan dengan masa. Kemampuan dipilah, selanjutnya dibandingkan dengan kelemahan. Lalu musyawarah jalan untuk memutuskannya (seperti yang DPR iklankan karena musyawarah adalah ciri Indonesia). Dimulai dari kelompok paling bawah kemudian naik hingga ke pusat, lalui dengan musyawarah. Meski lama, tapi itu tuntunan agama.
Secara pribadi, kita tak tahu apa yang akan terjadi di esok hari. Begitu juga realisasi dari visi-misi selama politik berlangsung. Tak pernah kita tahu janji-janji selama kampanye (kalau bisa disebut kampanye atau riak) apakah akan semua terwujud. Sebagai insan beriman, husnudzon harus nomor satu. Tapi waspada dan berjaga juga tak salah.
Pada intinya, pemilihan dalam politik itu tak salah. Tapi alangkah lebih baik dimulai dengan musyawarah. Ketika musyawarah tak menemui hasil, dilanjutkanlah dengan voting. BUKAN VOTING LALU MUSYAWARAH. Cobalah untuk keluar dari mainstream. Bukan berarti kita melawan mainstream. Tapi cukuplah berjalan bersisian dengan melalui jalan yang lain. Kenapa takut beda?! Kita pemuda. PEMUDA PENGGERAK PEMBAHARUAN!!!!!
Tweet |
2 comments:
kalo ingin merubah keadaan maka kamu harus berpolitik. kamu harus menjadi mayoritas. sekelompok orang tak bisa menjadi mayoritas bila tak ada pemimpin (kader) yang capable dan mempunyai image yg kuat untuk menarik orang lain agar setuju dg kita.
bila kamu tak mempunyai capabilitas & image maka dukung kader lain, timbal baliknya dia akan mendukungmu, merubah keadaan seperti kemauanmu. this is how politics work.
politik itu negosiasi, do u know, Rasul juga berpolitik ?
Terima kasih utk feedbacknya :)
Yg ditekankan di sini adlh bagaimana politik itu bekerja dlm kenyataannya. Pemimpin dipilih melalui voting, knp tdk dg musyawarah? Bukankah itu lbh baik :)
Post a Comment