Kata
orang, hari ini cerah. Kata mereka, hari ini indah. Memang begitulah adanya. Aku
duduk di sini, di hadapanmu. Aku, kamu, dia, dan mereka. Kita bersama memulai
cerita ini dengan kehangatan. Setidaknya itu yang kurasa hingga saat ini,
sebelum awal cerita ini dimulai dengan epilog.
Aku
tahu cerita ceria kita tak bisa ditulis di lembaran kertas yang putih. Sang penyair
kondang pun mungkin akan menyerah untuk mencoba menuliskannya. Tawa kita, yang
selalu kita bawa, hanya bisa dituliskan di awan yang berarak. Berarak tak tentu
yang pasti berpola indah untuk dirasa. Cerita-cerita kita dalam butiran-butiran
hari, sebelum cerita ini diisi dengan epilog.
Seperti
kata orang, kata-kata itu susah dirangkai. Tepat, susah juga untuk dipahami. Mungkin
memang kita punya frekuensi yang berlainan, tak saling berinterferensi. Tapi yang
ajaib, ketika waktu sedang berpihak, kita akan saling beresonansi, kita saling
dukung. Aku tahu kita bisa karena biasa. Aku pun tahu kita belum bisa biasa
bersama. Masih banyak celah untuk angin sepoi yang perlahan munculkan
gemerisik. Perlahan kita terusik, cerita kita mulai tak apik, seperti cerita
yang mulai menginjak epilog.
Hingga
hari ini ketika kamu dan dia saling bertemu. Entah seperti apa awalnya, tapi
aku tahu akhirnya. Dia mulai bercerita, cerita-cerita yang sebenarnya tak ingin
dia ceritakan. Kamu dan dia yang berselisih karena aku, atau kita. Hari ini
ketika hujan mulai turun, begitu juga hujan dari matanya. Hingga hari ini,
mungkin besok, atau mungkin lusa, selagi epilog belum berakhir.
Cerita kita
sejenak terhenti, bukan berakhir. Aku akan lebih sering mendengarkan cerita
tentangmu dari dia, cerita tentang kita yang kamu ceritakan. Coba sejenak kita
nilai cerita kita. Ya, mungkin nilai 8 dari 10. Belum sempurna kan? Tentu, kita
akan segera menyempurnakannya. Seperti yang dia inginkan, aku ingin kita
kembali bercerita bersama. Tawa kita, yang selalu kita bawa, hanya kita yang
mampu melukiskannya kembali. Mungkin sekarang kita terhenti karena epilog di
awal cerita ini, tapi pasti kita akan segera memulai cerita kita kembali dengan
prolog menawan, klimaks di awan, dan epilog kenangan. Seperti yang aku, dia, dan
mereka inginkan, begitu juga kamu.
Tweet |
0 comments:
Post a Comment