Life is chemistry, there is no
life without chemistry
(Prof. M. Utoro Yahya – Dosen Kimia
UGM)
Sekilas
kalimat tersebut tampak berlebihan. Hidup adalah kimia? Benarkah? Mungkin bagi
sebagian orang, hidup itu adalah sesuatu yang tak bisa digambarkan dengan satu
kata, namun bagi sebagian orang yang menekuni ilmu kimia, hidup itu adalah
kimia. Tubuh, makanan, minuman, dan apa yang ada di sekitar kita adalah kimia. H2O, O2, protein, mineral, juga fotosintesis. Kimia adalah model sederhana dari kehidupan yang tentu sangatlah kompleks.
Kehidupan
itu seperti apa? Secara sederhana, kehidupan itu ada tangis, canda, tawa,
masalah, konflik, suka-duka, keruwetan, dan seabrek faktor pelengkap yang lain.
Secara sederhana pula, setumpuk hal tadi dapat ditemui di dalam kimia. Seseorang
dapat menangis saat pertama kali berkenalan dengan kimia. Canda dan tawa selalu
hadir ketika plesetan kata muncul dari Tabel Sistem Periodik Unsur. Masalah dan
keruwetan adalah hal umum saat menentukan sebuah mekanisme suatu reaksi.
Konflik perebutan elektron tiap atom dalam senyawa adalah hal biasa. Suka-duka
karena hasil reaksi yang indah serta kaget karena tumpahnya larutan adalah
pengalaman berharga.
Harta
bisa dianalogikan sebagai elektron. Elektron akan terus beredar kepada siapa
saja yang membutuhkan, seperti harta kita yang hanya titipan. Memberi adalah
salah satu cara untuk mendapatkan sesuatu. Seperti atom Hidrogen yang biasa
memberikan elektronnya ke atom lain, ada saatnya dia mendapatkan sebuah
elektron, dan itu adalah keadaan yang sangat istimewa setelah apa yang dia
berikan. Ada juga senyawa kompleks. Sifat senyawa ini sangat beragam tiap
jenisnya tergantung penyusun dari senyawa tersebut. Kompleks [CoF6]3-
dan [Cu(NH3)4]2+ tentu mempunyai sifat
yang berbeda, seperti kehidupan yang pastinya berinteraksi dengan berbagai
macam orang.
Sifat
istiqomah pun dapat dianalogikan seperti prinsip Buffer. Ibadah baiknya stabil,
jika harus turun, penurunannya juga tak boleh banyak. Tapi kenaikan adalah hal
yang wajib dicapai. Reaksi fusi dari nuklir juga dapat digunakan untuk
menggambarkan keuntungan dari memberi dan waqaf. Sedikit hal yang kita berikan
untuk waqaf akan menghasilkan sesuatu yang sangat besar untuk kita yaitu pahala
yang terus mengalir. Reaksi berantai istilahnya. Ada juga analogi untuk jodoh. Setiap
reaksi mempunyai kecepatan atau kinetika yang berbeda. Begitu juga dengan jodoh
yang datangnya tak diketahui waktunya, bisa cepat yaitu orde 2, atau bisa juga
orde 0 yang waktunya lambat.
Model
sederhana dari kehidupan, begitulah kimia. Tak melulu keruwetan dan keseriusan,
canda pun dapat hadir dari kimia. Seperti senyawa Besi Bromium Iodida yang
disusun dari unsur Fe-Br-I. Ya, itu adalah plesetan sebuah nama karena senyawa
itu memang belum ada. Namamu juga bisa diplesetkan menjadi senyawa kimia?
Plesetan
lucu lainnya adalah Natrium Silikat merupakan nama kimia dari nasi. Ya, karena
Natrium adalah Na dan Silikat adalah Si, NaSi. Begitu juga dengan nama kimia
dari minyak, yaitu B2M. Tak tahu artinya? Sederhana, B2M
adalah BBM atau istilah minyak itu sendiri.
Bukan rahasia
lagi bahwa tujuan saintis mengembangkan ilmu adalah untuk lebih mensyukuri
kehidupan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta ilmu. Kimia adalah salah
satu ilmu yang secara perlahan membawa kita menemukan hakikat dari kompleksnya
hidup. Secara nyata pula kimia dapat mendekatkan kita kepada Sang Pencipta
karena hal-hal tentang kimia banyak diulas di dalam Al Qur’an, seperti besi di
dalam surah Al Hadiid.
Hidup
kita adalah kimia. Kimia adalah cara untuk mengungkap misteri yang akan tetap
misteri (kata seorang dosen Kimia), seperti hidup yang selalu menjadi misteri. Chemistry is still be chemystery. Apa yang
terlihat sekarang mungkin hanyalah topeng semata, topeng untuk memperindah
persepsi. Kehidupan akan selalu kompleks untuk dijalani. Itu karena…….
Kehidupan nyata tak seindah warna
aslinya
(Endang
Astuti – Dosen Kimia UGM)
Tweet |
0 comments:
Post a Comment