RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

NetRiders 2014

San Jose, California, USA, sudah di depan mata. Tapi sayang, Allah belum mengijinkan saya pergi kesana :)

Awal Mula
Di tahun 2014, saya ikut lagi kompetisi NetRiders. Biar tau NetRiders itu apa, bisa lihat di post ini. Tahun ini saya berpasangan dengan orang lain lagi, yaitu Syukron. Di tahun 2013, Syukron dapet juara 3 NetRiders Indonesia yang diadakan di Universitas Diponegoro, Semarang. Sebagai persiapan di tahun 2014 ini, kalo tidak salah sebulan terakhir saya dan Syukron belajar 2-3 jam per hari, untuk mensinkronkan materi.
             
Babak penyisihan di intra akademi dimulai, kalo tidak salah tanggal 10 Mei 2014. Penyisihan dilaksanakan di Lab Jarkom, JTETI. Sekitar 10 tim (20 orang) ikut dalam penyisihan itu. Antara yakin dan tidak yakin, karena pada saat bagian practical skill, kami tidak teliti dalam mengerjakan. Sedikit menyesal, tapi kami tetap optimis menunggu hasil.
             
Peraturannya masih sama, yang berhak masuk di final adalah tim yang masuk peringkat 20 besar nasional, tetapi maksimal hanya 2 tim saja per akademi. Masih ingat saat itu lagi makan di luar, dan tiba-tiba ditelpon Taufiq kalo saya lolos final Netriders yang akan dilaksanakan di Malang. Seneng banget, akhirnya bisa selangkah lebih maju dari tahun sebelumnya. Dari akademi JTETI UGM, ada satu lagi tim yang lolos. Dan kami berangkat bersama ke Malang untuk berlaga di final NetRiders Indonesia pada tanggal 7 Juni 2014.
             
Final NetRiders Indonesia
Sebenarnya untuk persiapan final tidak se-intens pada persiapan pertama, karena Syukron sibuk dengan skripsi dan akan mempersiapkan pendadaran. Tapi kami tetap belajar sendiri-sendiri, membagi topik sesuai dengan keahlian masing-masing. Dan tibalah hari final NetRiders di Universitas Brawijaya, Malang. Babak pertama, yaitu teori kami lalui sebisanya. Setelah itu ada sesi istirahat coffee break 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan sesi practical skill. Sesi ini lah yang selalu bikin waswas, karena soalnya tidak terduga. Tapi, alhamdulillah waktu itu kami bisa menemukan server yang dicari, sehingga bisa dibilang lancar untuk menjawab soalnya. Pertandingan selesai, dan kami pasrah pada hasilnya.
            
Setelah makan siang, sekitar pukul 14.00 kami kembali berkumpul untuk mengikuti pengumuman hasil akhir. Sebenarnya kompetisi yang diadakan tidak hanya NetRiders, tapi ada juga NetExcellence untuk tingkat instruktur. Pengumuman awal adalah untuk NetExcellence, dan instruktur kami Mas Yoga mendapatkan peringkat ketiga. Dan saat yang mendebarkan datang juga, pengumuman NetRiders. Seperti biasa, yang diumumkan mulai dari juara ketiga. Juara ketiga, bukan nama kami yang dipanggil. Juara kedua, bukan nama kami juga yang dipanggil. Waktu itu dagdigdug dagdigdug kenceng banget. Dan MC mengumumkan juara pertama, dengan menyebutkan nama akademinya: “ELECTRICAL ENGINEERING AND INFORMATION TECHNOLOGY, UNIVERSITAS GADJAH MADA, atas nama SYUKRON ABU ISHAQ ALFAROZI & LATHIFAH FATHARANI”. Speechless. Syukron sudah maju ke depan duluan, dan saya mengikuti. Masih ga percaya, sampai-sampai tangan saya mati rasa waktu itu. Dan itu artinya, kami akan mewakili Indonesia di NetRiders Asia Pasifik (APAC NetRiders). Kami menerima tropi serta sempat bersalaman dengan Senior Manager, SIG untuk region Asia Pasifik.


PS: Harusnya itu "Cisco Netriders"

Foto bersama Mr. Markus Schwertel (Senior Manager, SIG, Asia Pasifik)

Saya dan Syukron..


Akhirnya setelah sekian lama, UGM berhasil mendapat juara satu dan akan menjadi wakil di NetRiders Asia Pasifik yang akan dilaksanakan Oktober. Pada tahun sebelumnya, lomba tingkat Asia Pasifik dilakukan di luar negeri (di salah satu negara peserta Asia Pasifik). Tapi karena ada teknologi namanya TelePresence (semacam TeleConference), jadi masing-masing wakil berlomba di negaranya masing-masing dengan menggunakan TelePresence itu. Jadi ga bisa jalan-jalan duluan, hehehe :D Nantinya kami akan melawan sekitar 17 negara di Asia Pasifik. 1st winner and 1st runner up akan mendapatkan hadiah gratis jalan-jalan ke San Jose, California, USA, salah satunya bisa mengunjungi Cisco pusat.
             
Setelah melalui diskusi antara academy manager masing-masing negara, akhirnya disepakati APAC NetRiders akan dilaksanakan tanggal 30 Oktober. Kebetulan Syukron belum lama pulang dari Jepang untuk exchange (dia udah bikin passport duluan aja), jadi kami belajar mandiri. Kami berangkat dari Jogja tanggal 28 Oktober, ditemani ibu dosen tercinta, Ibu Suning. Begitu sampai di Jakarta, kami menemani Bu Suning dulu mengurus visa di Kuningan City, dan baru beristirahat di hotel. Malamnya, kami dijamu makan malam oleh Pak Adri sekeluarga (Pak Adri adalah academy manager Cisco Indonesia).
             
APAC NetRiders
Hari itu akhirnya datang juga. Pukul 08.30 kami sudah berada di Cisco System dan menunggu kompetisi dimulai. Kami memasuki ruangan TelePresence, dan bisa melihat wajah peserta dari negara lainnya. Sekitar 10.30 kompetisi baru bisa dimulai. Sesi teori, kami lalui sebisanya. Kami tidak terlalu menemukan kesulitan di situ. Istirahat 15 menit, kemudian sesi praktek dimulai. Nah, kami menemui kesulitan disini. 30 menit pertama, saya dan Syukron hanya berkutat memahami topologi jaringan dan maksud soalnya. Di sisa 60 menit selanjutnya, kami memaksa menjawab pertanyaan, mengutak-atik sana-sini, dan di detik-detik terakhir kami submit jawaban kami. Well, sangat tidak yakin. Bener-bener pasrah akan hasilnya.
             
15 menit selanjutnya, pemenang akan diumumkan. Setelah sambutan blablabla, diumumkan lah juara ketiga, yang diraih oleh Mongolia. Lalu juara kedua, diraih oleh China. Saya udah feeling, jadi pasrah aja. Juara pertama diraih oleh Taiwan. Jadi, wakil dari Taiwan dan China lah yang bisa pergi ke San Jose (kok kebetulan kluster Asia Timur semua yang menang, hehehe). Kalo ditanya perasaan waktu itu, kecewa. Tapi untung tidak lama, mungkin karena udah pasrah itu tadi. Jalannya emang udah begitu kali ya. “Maaf Indonesia, kami pemuda Indonesia belum bisa mempersembahkan sesuatu untukmu”. Masih edisi sumpah pemuda sih, hehehe.
             
Sorenya kami langsung menuju stasiun untuk kembali ke Jogja. Dan surprise, temen yang udah kerja di Jakarta mengunjungi kami. Malah langsung dapat “obat” dari situ, kecewanya hilang. Semoga wakil UGM taun depan bisa lebih baik dan bisa mendapat 1st winner di APAC Netriders. Mungkin takdir saya ke San Jose bukan lewat NetRiders, mungkin bisa saja lewat jalur lainnya. Tetap, saya pengen ke San Jose. Someday, inshaa Allah :)

Baca SelengkapnyaNetRiders 2014

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rokmu Itu Kayak Bendera

Saat itu sore hari sebelum Ashar. Dalam perjalanan ke masjid, tak sengaja mataku terpaku kepada sepeda motor yang baru saja melewatiku. “Motor cowok” kalau kata orang pada umumnya. Di kursi pembonceng, duduk seorang perempuan berkerudung warna cerah dengan rok panjang agak lebar yang sedikit berkibar. Mataku terpaku, pikiranku merenung kembali. Bukan karena siapa pengendara motor itu, bukan juga karena bagaimana cara mereka berboncengan, tapi aku terpaku melihat kibaran rok perempuan itu. Berkibar terkena angin. Aku takut tanpa diduga bagian bawah roknya tersangkut roda motor itu.
Menutup aurat adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslimah. Tak hanya kerudung, seorang muslimah diwajibkan untuk mengenakan busana yang menutup (bukan membalut) aurat, rapi, dan sopan. Busana yang dimaksud di sini adalah atasan (baju) dan bawahan (rok), atau bisa juga berupa terusan (gamis). Pada umumnya, atasan berupa baju lengan panjang dengan ukuran melebihi ukuran seharusnya. Jika kepepetnya pakai lengan pendek, maka harus memakai deker atau manset lengan. Sedangkan bawahan berupa rok pada umumnya yang panjang dan tidak terlalu kecil.
Seiring berkembangnya zaman, model busana muslimah mempunyai modifikasi yang bervariasi. Mulai dari kerudung yang berwarna-warni hingga busana yang berumbai-rumbai. Modifikasi ini juga dapat terlihat dari beberapa model rok yang dipakai beberapa muslimah, terutama mahasiswi saat kuliah. Rok dengan bawahan lebar kerap terlihat dipakai oleh mahasiswi dan agak “menakutkan” saat dipakai mengendarai sepeda motor, terutama bagi yang membonceng.
Rokmu itu kayak bendera, setidaknya ini pendapat subjektifku tentang rok dengan bawahan lebar. Aku khawatir jika suatu saat rokmu itu terhembus angin. Kita tahu Indonesia itu negeri tropis di mana matahari selalu bersinar setiap hari (kecuali mendung atau hujan). Hal ini menyebabkan banyak angin yang menuju Indonesia, karena angin cenderung akan selalu menuju arah khatulistiwa[1]. Namun ini dapat dicegah dengan kewaspadaanmu sendiri. Dengan kewaspadaanmu akan angin yang datang, insiden yang tak diharapkan dapat dicegah.
Rokmu itu kayak bendera, setidaknya ini yang kupikir saat seorang muslimah mengendarai sepeda motor dengan rok lebar. Kita tahu jarak antara kaki dan roda tak begitu jauh, apalagi bagi pembonceng. Rok yang berkibar ini akan menyebabkan ketidakteraturan jarak antara bagian bawah rok dengan roda. Bisa saja tanpa diduga ada bagian rok yang masuk ke ruji-ruji roda, atau yang lebih ngeri bagiah bawah rok terjepit masuk ke rantai sepeda motor[2]. Banyak kasus tentang rok yang berkibar dan masuk ke sela roda atau rantai sepeda motor, dari yang dapat disadari segera[3] hingga yang menyebabkan kecelakaan[4]. Namun ini dapat dihindari dengan -sekali lagi- kewaspadaanmu. Jangan memakai rok dengan bawahan terlalu lebar atau berumbai-berumbai[5] saat berkendara sepeda motor. Jika kepepetnya harus, maka pegang sisi rok yang berkibar itu dengan tangan.
Rokmu itu kayak bendera, mungkin ini pendapat yang berlebihan. Boleh saja menganggapku kurang kerjaan, mesum, atau apalah. Ini hanya sekadar pengamatan dan renungan subjektif. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Yang kita tahu hanyalah kita perlu kewaspadaan dalam hidup, terutama saat seorang muslimah memakai rok dengan bawahan lebar. Bagi seorang muslimah, terutama yang berkendara sepeda motor, gunakan legging atau celana panjang juga kaos kaki saat memakai rok panjang dan lebar. Jangan lupa pula untuk memastikan posisi duduk dan posisi rok setiap saat, karena bisa saja keadaan tak terduga terjadi di tengah jalan. Tapi yang paling penting, perhatikan peraturan yang berlaku di jalan raya.
Sebuah kelancangan jika aku ingin mengubah pribadi orang lain. Tapi bukan sebuah kelancangan jika itu adalah pandangan tentang fenomena sehari-hari. Hei para muslimah, rokmu itu kayak bendera. Kayak bendera jika rok anggunmu itu rela dihembus angin tanpa dipedulikan. Tak selamanya hanya bendera yang berkibar, terkadang rok juga.

Referensi:
[1] Muson
[2] Rok Nyangkut di Roda, Pengendara Motor Terjungkal
[3] Hati-hati Memakai Rok Panjang!
[4] Pulang Wisuda, Bawahan Terjepit
[5] Tips Aman Berboncengan Sepeda Motor
Baca SelengkapnyaRokmu Itu Kayak Bendera

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Punggungmu Itu Terlalu Berharga

© @fbi_1412
Saat itu sore hari setelah Ashar. Dalam perjalanan pulang, aku melihat dua perempuan berkerudung rapi berjalan kira-kira 10 meter di depanku. Warna kerudung mereka yang ngejreng tak luput dari perhatianku. Namun yang lebih menarik perhatianku adalah tas jinjing yang mereka bawa. Bukan karena tas mereka bermerek terkenal, bukan juga karena mereka dengan lincahnya (mungkin sedikit genit) memainkan tas mereka, tapi karena fenomena mahasiswi yang kuliah menggunakan tas jinjing sudah menjadi konsumsi umum. Renungan singkatku saat itu kini dapat kurangkum secara sederhana.

Mahasiswa sejak dulu terkenal dengan tentengan buku-buku tebal bak bantal batu. Atau juga terkenal dengan intelektualnya yang didapat dari setumpuk catatan dalam tasnya. Mungkin itu pandangan untuk beberapa tahun yang lalu sebelum era teknologi dan internet menyerang. Kini, ensiklopedi 1000 halaman sudah dapat dibaca dengan hanya modal tablet. Kapasitas penyimpanannya pun tak perlu rak besar dan kokoh. Cukup space kosong kira-kira 100 MB pun sudah cukup. Begitu juga catatan kuliah, sudah bisa dibawa pulang dengan flashdisk 1 GB. Ya, teknologi membuat kita lebih minimalis.

Bawaan yang sedikit (minimalis) mungkin menjadi penyebab banyak mahasiswa dan mahasiswi memakai tas jinjing atau selempang untuk kuliah. Dalam bahasan kali ini, akan lebih menitikberatkan pada mahasiswi. Kata mereka, biar simple dan stylish gitu. Maka jangan heran jika penampilan mereka justru terlihat seperti akan pergi ke mall daripada kuliah.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Aku kasihan dengan punggung kalian jika suatu saat mengalami nyeri. Aku kasihan jika suatu saat kalian terkena skoliosis[1]. Membawa beban di lengan juga dapat menyebabkan tendinitis[2] jika dilakukan dalam waktu lama. Namun hal ini dapat dihambat dengan memindahkan beban ke lengan kanan atau kiri secara bergantian. Ini akan mengurangi efek yang dihasilkan karena membagi beban ke lengan sama rata.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Mungkin hanya persepsi pribadi, namun perempuan yang memakai tas punggung atau ransel akan terlihat lebih pintar dan cantik di mata. Mereka akan terlihat seperti mahasiswi beneran saat kuliah. Buku, catatan, dan alat tulis mereka cermin akan usaha kerasnya mencari ilmu demi masa depannya kelak. Namun bagi mahasiswi beransel, jangan siksa punggungmu dengan buku-buku terlalu tebal atau bawaan berlimpah ruah. Bawa beban seperlunya dengan ranselmu, jaga punggungmu untuk menopang pendampingmu kelak.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Berdasar sebuah penelitian, pria lebih mudah terangsang daripada wanita[3]. Ini ilmu, silakan kalau mau menganggap aku mesum atau sejenisnya. Tapi sekali lagi, jangan menggunakan anggapan dalam ranah keilmuan. Ini bisa menjadi sebuah alasan mengapa perempuan harus menjaga cara berbusananya juga lakunya. Pria cenderung lebih sensitif secara visual. Apakah punggungmu, hei perempuan, rela untuk dipandangi para pria? Terlebih dengan aroma parfummu yang dari jarak 10 meter saja aku dapat menciumnya. Coba hiasi punggungmu dengan ransel, minimal itu dapat menahan pandangan para pria akan setiap jengkal punggungmu.

Sebuah kelancangan jika aku ingin mengubah pribadi orang lain. Tapi bukan sebuah kelancangan jika itu adalah pandangan tentang fenomena sehari-hari. Hei mahasiswi, hei perempuan, punggungmu itu terlalu berharga. Terlalu berharga jika tak dijaga untuk kepentingan masa depanmu, penopang pendampingmu, juga tempat bermanja buah hatimu kelak. Tak selamanya bidadari itu bersayap, ada juga yang beransel.
Baca SelengkapnyaPunggungmu Itu Terlalu Berharga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ikhlas Itu

©Azaleav
Uang di kantong tersisa sepuluh ribu rupiah dalam pecahan lima ribuan. Uang segini cukup buat dua kali makan, siang ini setelah Jumatan dan nanti malam. Tapi aku pengen sedekah, aku pengen ngisi kotak infaq ini. Gimana ya? Kalau aku sedekah lima ribu berarti aku cuma bisa makan malam. Ah tak apalah, walau berat, tapi aku ikhlas.
Ikhlas itu terkadang memang butuh pengorbanan, entah pengorbanan secara fisik maupun mental. Secara fisik mungkin seperti contoh di atas. Tubuh harus bertahan dari yang namanya lapar hingga malam hari. Perut hanya diisi gelontoran air minum. Sedangkan secara mental, biasanya akan terbebani dengan pikiran-pikiran yang sebenarnya hanya halusinasi semata. “Nanti kalau aku lapar banget gimana?”, “Kalau di jalan ada apa-apa gimana? Padahal uangnya sudah dipake infaq”, juga “Aduh nanti kalau aku tiba-tiba butuh uang piye?” biasanya akan terpikir setelah kita mensedekahkan apa yang kita punya. Terkadang aku juga sih.
Ikhlas itu berat, memang benar. Dari ilmu yang pernah aku dapat, sesuatu akan dinilai keikhlasannya saat kita berat untuk melakukannya. Seperti contoh di atas lagi. Sisa uang cuma sepuluh ribu rupiah, padahal terasa lapar. Nah, saat dengan berat hati kita keluarkan selembar lima ribuan untuk sedekah dan kita tetap yakin untuk sedekah, saat itu pula kita telah ikhlas. Ya, ikhlas itu berat, tapi nikmat saat hasilnya datang.
Ikhlas itu punya berbagai macam analogi. Teringat saat dulu berkumpul bersama teman-teman berdiskusi tentang analogi sederhana dari ikhlas. Ada yang menyebut “Ikhlas itu seperti tukang parkir”. Saat mobil atau motor diminta yang punya, ya diberikan saja. “Ikhlas itu seperti saat kita mem-bully teman akrab”. Teman kita akan berat hati untuk membalas dan memilih untuk tidak membalas. “Ikhlas itu seperti orang meludah”. Walau berat hati dan takut bibirnya kering, tapi tetap ludah itu diludahkan juga. Yang lebih unik adalah “Ikhlas itu seperti orang (maaf) buang air besar”. Orang yang buang air besar tak mengharapkan apa yang dikeluarkannya untuk kembali. Nah, seperti itulah ikhlas. Tak mengharapkan balasan dari orang. Hanya berharap pahala dari Sang Pencipta.
Ikhlas itu untuk mengharap pahala. Kalau kita membicarakan kebaikan kita, ya sama saja kita nggak ikhlas. Misalnya ada si A sedekah Rp 1 juta. Dia minta namanya disebutkan saat pembacaan daftar sumbangan yang masuk. Ini namanya nggak ikhlas. Dia cuma mengharap pengakuan dari orang, bukan dari Sang Maha Kaya. Contoh lain ada si B yang juga nyumbang Rp 1 juta. Dia pesan untuk disebut “Hamba Allah” saja saat pembacaan daftar sumbangan. Nah, saat dibacakan dan disebut “Hamba Allah”, si B bilang sama orang di sebelahnya “Eh yang nyumbang Rp 1 juta itu aku lho, tapi aku pesan untuk disebut Hamba Allah saja”. Ini kasusnya sama saja dengan si A, dia hanya berharap pengakuan dari orang.
Ikhlas itu baiknya tak ada orang lain yang tahu, cukup Allah saja. Biarkan apa yang kita keluarkan dihitung pahalanya oleh Allah. Memang pada dasarnya harta yang ada pada kita hanya titipan saja. Sebagian harta kita adalah hak orang lain. Jadi dengan sedekah yang ikhlas kita telah melepaskan apa yang seharusnya kita serahkan. Tapi ingat satu kalimat, “Jangan bilang siapa-siapa”. Kalau perlu, “Berikan dengan tangan kanan, tangan kiri jangan sampai tahu”. Dan jika setelah ikhlas kita masih ragu dan khawatir dengan apa yang akan terjadi, cukup serahkan pada Allah. Allah tahu yang kita perlukan. Jadi, ikhlas dan yakinlah.
Baca SelengkapnyaIkhlas Itu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku dan Kelingkingku


Mereka saling serang
Mereka tunjukkan rasa tak senang
Mereka saling menggerutu
Mereka tak sadar akan satu guru

Aku di sini seperti judi
Rakyat, kami diperah seperti sapi
Aku di sini seperti batu
Rakyat, kami berdiam habiskan waktu

Kalian saling unjuk
Kalian saling merajuk
Kalian paham arti demokrasi?
Atau kalian buta demi para kroni?

Satu, kita ingin Indonesia maju
Dua, kita damba negara sejahtera
Tiga, kita selalu satukan asa
Empat, kita bersama untuk rakyat

Kelingkingku kelak akan jadi saksi
Kelingkingku kelak akan mengubah negeri
Aku dan kelingkingku, tinta ungu penanda waktu
Aku dan kelingkingku, tinta ungu penghapus ragu
Baca SelengkapnyaAku dan Kelingkingku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Loyalitasmu Memudarkan Simpatikku

Alhamdulillah, setelah lebih kurang 2 bulan istirahat dari menulis, sekarang bisa kembali lagi nyinyir via blog. Artikel ini bukan bermaksud untuk menyerang atau menjatuhkan pihak-pihak tertentu. Dari lubuk hati yang paling dalam, maksud artikel ini hanya sebagai pengingat dan media evaluasi kita bersama. Dalam artikel ini, saya memposisikan diri sebagai orang awam. Jadi maaf jika pandangan saya kurang tepat atau ada khilaf yang saya tidak sadari. Semoga di hari esok kita bisa menjadi lebih baik untuk mencapai tujuan kita.
Alhamdulillah juga, pemilu legislatif Indonesia tahun 2014 sudah berlalu. Di satu sisi, konvoi kampanye di jalanan sudah tidak ada sehingga bagi saya juga sebagian besar masyarakat tidak perlu tersiksa dengan suara mengerikan dari knalpot-knalpot yang bergerilya hampir setiap hari. Di lain sisi, tidak ada lagi kampanye, terutama di televisi, membuat intensitas tertawa dan daya analisis saya sedikit berkurang. Apa alasannya? Intensitas tertawa saya berkurang karena saya mulai jarang melihat kampanye yang justru menghadirkan gelak tawa. Mulai dari kader yang kampanye lewat sinetron, melebur dalam sebuah berita heboh, jadi bintang iklan dengan inisialnya, hingga masuk dalam artikel portal berita online. Karena pemilu mereka tiba-tiba ngeksis layaknya ABG, karena pemilu mereka tiba-tiba sangat baik layaknya karyawan magang.
Lalu hubungannya dengan daya analisis apa? Masih berhubungan sih dengan alasan sebelumnya. Para kader itu melebur di berbagai tempat. Peleburan ini yang terkadang jadi “duel analisis” di keluarga saya (lebih seringnya saya sendiri). Kami sering bermain tebak-tebakan, “Habis ini si kader nyamar jadi apa?”, “Berita ini buatan partai apa?”, “Bagus nggak aktingnya?”, dan “Siapa ya yang nulis bagus banget kayak gini?”. Karena “duel analisis” juga yang terkadang membuat kami sedikit naik darah, tidak parah kok, paling hanya langsung ganti channel.
Model kampanye untuk pemilu tahun ini saya pikir jauh lebih kreatif daripada pemilu sebelumnya. Berbagai media turut berkontribusi atas kampanye yang dilakukan oleh partai maupun kader. Televisi, radio, koran, portal berita online, hingga media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube telah menjadi senjata propaganda untuk saling menyerang. Serangan yang mereka lakukan tampak sangat tersamar, namun ada kalanya mereka melakukan serangan terbuka. Nah, untuk mereka yang melakukan serangan terbuka ini sebagian besar adalah para pemilih pemula (pemilih yang baru kali pertama ikut pemilu). Hegemoni pesta demokrasi ini mereka ciptakan dengan media sosial (medsos). Pernah lihat foto profil teman kalian di Facebook pakai logo sebuah partai? Atau pernahkah lihat status dan twit teman kalian yang mengandung ajakan untuk memilih partai tertentu? Saya yakin, sering.
Loyalitasmu, para pemilih pemula, sedikit memudarkan rasa simpatik yang sebelumnya sangat besar untukmu. Kampanye terbuka kamu abadikan lewat foto dan diunggah ke medsos, kamu tambahi dengan kalimat yang dalam pandangan saya itu justru sedikit takabur. Kamu buat foto dan status atas inisiatif pribadi, namun itu justru hiperbola dan sedikit terlewat narsis. Kamu ubah akunmu dengan nama cukup persuasif, “Pilih ini” atau “Pilih itu”. Saya pun jika jadi kader dengan loyalitas sangat tinggi akan berpikir 2-3 bahkan 4 hingga berkali-kali untuk melakukan hal “agak norak” seperti itu.
Masa kampanye sudah diatur dengan sangat tepat oleh yang berwenang. Tiga hari masa tenang adalah waktu yang menurut saya harus bebas dari berbagai bentuk kampanye, entah itu iseng maupun bermaksud terselubung. Status atau twit yang kamu buat harusnya sudah tak memuat ajakan untuk memilih lagi. Bahkan akunmu harusnya juga sudah diganti dengan nama lain. Nah, di bagian ini yang memudarkan simpatikku (bahkan mungkin orang awam yang lain).
“Aku udah nyolos lho, ini kelingkingku #Partai.......”, “Keluargaku pilih ini lho #Partai......”, juga “Ini kelingkingku bareng adikku, pengen deh dampingan sama kelingking lain #Partai........” serta status dan twit sejenis banyak bersliweran di beranda medsos. Mungkin banyak orang di sana yang berkata “Ah luweh, kowe nyoblos kui yo karepmu” atau “Karepku to arep nyoblos opo, kowe enthuk opo gawe status koyo ngono?”. Apa kamu tak tahu prinsip utama pemilu, LUBERJURDIL? Langsung, Umum, Bersih, Rahasia, Jujur, dan Adil.
Satu prinsip di sana, Rahasia. Mungkin harus kamu kaji ulang apa arti “Rahasia”. Saat masa kampanye, promosi dan unjuk diri apa yang dipilih adalah hal wajar dan tak ada yang mempermasalahkan. Yang jadi sedikit lucu adalah unjuk diri setelah memilih, bahkan mengunggah foto-foto editan yang terkesan sugestif-persuasif. Apakah prinsip “Rahasia” sudah tidak penting untukmu? Apakah dunia harus tahu apa yang kamu pilih? Apakah pilihan yang kamu pilih berdasar hati dan pemikiran matang layak untuk menjadi konsumsi publik? Kalau menurut saya, itu lebay.
Mungkin menjadi pemilih yang adem ayem tanpa unjuk berlebih adalah hal yang cukup untuk menarik rasa simpatik orang lain terhadap partai pilihanmu. Mungkin jika kamu sudah gregetan untuk update status atau twit, lakukanlah dengan wajar tanpa ada unsur sugestif-persuasif, apalagi bernada menyerang. Ceritakan pemikiranmu secara lembut. Hal seperti ini secara langsung maupun tak langsung akan menarik rasa simpatik dari orang lain. Mereka akan merasa pilihanmu bukanlah pilihan yang haus publikasi. Mereka akan percaya pillihanmu adalah pilihan yang tidak lebay karena sedikitnya hal-hal di medsos yang bersliweran.
Saya tidaklah benci dengan kamu. Saya bukanlah hater yang akan selalu mencari celah untuk menjatuhkanmu. Saya hanyalah orang yang ingin kita lebih baik bersama-sama. Saya hanyalah orang yang takut loyalitasmu justru akan memudarkan rasa simpatik orang terhadap pilihanmu. Mungkin kini bisa jadi pelajaran kita bersama, terlebih setelah melihat hasil realita. Berikutnya, loyalitas yang diiringi kreatifitas dengan batasan akan meningkatkan rasa simpatik orang lain, bahkan loyalis pilihan lain. Percayalah. Untuk Indonesia yang lebih baik!
Baca SelengkapnyaLoyalitasmu Memudarkan Simpatikku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fakta Unik Keringat

Di zaman yang semakin modern ini, mobilisasi yang tinggi sangat dibutuhkan. Selain karena persaingan individu yang semakin ketat, juga dikarenakan perubahan lingkungan yang menuntut manusia harus serba bisa. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan tentu akan membutuhkan energi yang memadai sebagai pendukung. Di sisi lain, kegiatan yang semakin banyak akan menghasilkan keringat yang banyak pula. Sudahkah Anda mengenal keringat? Mengapa keringat di ketiak lebih bau? Ini penjelasannya.

APA ITU KERINGAT?
Keringat yang juga kita kenal sebagai Perspiration, merupakan sebuah proses biologis yang normal dan sehat pada tubuh kita. Secara harfiah diterjemahkan sebagai cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Sudoriferous (kelenjar keringat). Seluruh manusia sudah mulai berkeringat sejak mereka berusia beberapa bulan. Adapun bau badan yang dihasilkan dari keringat, umumnya baru terjadi setelah manusia mencapai usia puber. Perkembangan dunia modern, beragam produsen menciptakan antiperspirant untuk mengatasi masalah ini dan menunjang gaya hidup manusia yang semakin efisien, modern, dan dinamis. 

MENGAPA KITA BERKERINGAT?

Banyak faktor yang membuat kita berkeringat. Penyebab paling umum adalah kenaikan suhu tubuh kita karena faktor lingkungan atau selama berolahraga. Terkadang, kenaikan suhu tubuh juga dikarenakan faktor hormonal dan tingkat stres. Produksi hormon Adrenalin memacu tubuh untuk berkeringat. Di saat kondisi tubuh kita kurang sehat, anti-bodi yang berperan melawan infeksi juga meningkatkan suhu tubuh.

Ketika suhu tubuh meningkat, keringat yang dihasilkan sebagai cara alami tubuh untuk menurunkan suhu. Proses ini juga dikenal dengan istilah "Thermoregulation". Pada saat keringat menguap dari kulit terjadi penurunan suhu tubuh.

PENYEBAB KERINGAT

Beberapa pemicu keringat antara lain adalah kegiatan fisik yang intensif dan keadaan ruangan yang bertemperatur tinggi. Ketika hal-hal ini terjadi, otak kita mengirim sinyal ke kelenjar keringat untuk mulai berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh kita. Pemicu lainnya adalah perubahan emosi, makanan pedas dan panas, perubahan hormonal, dan infeksi.

Stres dan khawatir adalah emosi yang umumnya memicu proses berkeringat. Perasaan ini memicu produksi hormon Adrenalin dalam persiapan menghadapi hal yang telah diharapkan dan keringat adalah efek samping yang normal.
Keringat yang dihasilkan pada saat kita makan terjadi karena meningkatnya metabolisme tubuh kita seiring dengan proses pencernaan makanan. Makanan pedas, secara khusus, menyebabkan keringat muncul di bagian-bagian tubuh seperti wajah, leher, dan dahi. Ini dikarenakan makanan pedas mengandung Capsaicin yang memicu aktifnya sensor panas dalam mulut kita. Tubuh kita mengartikannya sebagai kenaikan suhu dan berusaha menurunkannya dengan berkeringat.
Ketidakseimbangan hormon pada fase tertentu hidup kita, misalnya pubertas atau menopause, juga menimbulkan pola berkeringat yang tidak normal.

DI MANA KITA BERKERINGAT?
Banyak orang menghubungkan berkeringat dengan ketiak. Pada kenyataannya, keringat di area tersebut hanya mengambil 1% dari total keringat yang dihasilkan tubuh kita. Akan tetapi ketiak adalah daerah dimana panas terjebak dan memperlambat proses penguapan, sehingga menyebabkan rasa basah pada daerah ini dan bahkan dapat menyebabkan noda pada pakaian.
Keringat dihasilkan oleh 2 kelenjar utama: Apocrine dan Eccrine. Kelenjar Apocrine terletak di area ketiak kita, sangat dekat dengan akar rambut ketiak. Kelenjar ini aktif ketika kita sedang berolahraga dan merasakan emosi yang kuat seperti stres dan khawatir, dan menghasilkan keringat yang kaya akan protein dan lemak.
Kelenjar Eccrine terletak di hampir seluruh lapisan kulit kita dan menghasilkan keringat yang mengandung 99% unsur air. Kelenjar ini berperan dalam proses Thermaregulation dan bekerja aktif untuk menurunkan suhu tubuh. Kelenjar ini lebih aktif di area wajah, kepala, tangan dan kaki.

Baca SelengkapnyaFakta Unik Keringat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selamanya, Laki-laki Adalah Tersangka

Artikel ini bukan ditujukan untuk menyerang atau menjatuhkan kaum perempuan. Ini hanya sekedar unek-unek dan juga sebagai jawaban atau penjelasan terhadap kritik yang diberikan kepadaku. Maaf jika ada yang merasa tersinggung atau tidak berkenan. Maaf juga bagi yang mengkritik kalau jawaban yang diberikan tidak secara langsung dan hanya tertulis (karena tidak tahu siapa saja yang memberi kritik). Sebelum terjadi salah paham, perlu dipahami bahwa artikel ini hanya pendapat subyektif dengan beberapa rangkuman pendapat orang lain dan fakta ilmiah. Mengapa subyektif? Karena cukup sulit mengambil dari sudut pandang perempuan. Perempuan ingin selalu dimengerti, tanpa terasa laki-laki akan menjadi tersangka selamanya.
Laki-laki dan perempuan telah ditakdirkan untuk hidup berdampingan. Karena keunikan pada pribadi masing-masing, laki-laki dan perempuan akan saling mengisi kekurangan dengan kelebihan masing-masing. Perempuan dalam pergaulan sehari-hari mungkin sering beracuan kepada kalimat “Perempuan ingin dimengerti”. Kalimat ini adalah kalimat lama yang telah bertahan puluhan tahun. Hingga kini, kalimat tersebut masih bertahan karena pada dasarnya perempuan memang susah untuk dimengerti, bahkan oleh dirinya sendiri. Terdapat banyak gambaran yang membuat perempuan susah dimengerti, salah satunya perempuan suka GR[1]. Tak mudah memahami perempuan walau telah lama mengenalnya, bahkan ibuku sendiri.
Perempuan cenderung menggunakan hatinya, sedangkan laki-laki akan menggunakan logika. Perempuan dalam menghadapi masalah akan lebih banyak menggunakan perasaannya. Dalam otak perempuan, lebih banyak serat penghubung dan serat ini lebih besar daripada serat yang terdapat pada otak laki-laki. Hal ini membuat perempuan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan[2]. Tidak mengherankan jika perempuan bisa melakukan dua hal sekaligus, seperti berbelanja sambil bergosip atau menelepon sambil memasak. Selain itu, perempuan cenderung menggunakan otak sebelah kanan yang merupakan pusat perasaan. Mungkin inilah yang menyebabkan perempuan lebih susah untuk dimengerti dan dinalar dengan otak.
Kecenderungan dalam menggunakan perasaan ini terkadang akan membawa sebuah permasalahan kecil. Mungkin jika dilihat sekilas masalah tersebut hanya masalah kecil, namun dari masalah kecil tidak dapat dipungkiri dapat menjadi masalah besar. Masalah itu adalah kekurangmampuan dalam mengartikan sesuatu. Sesuatu dalam hal ini adalah kata, kalimat, maupun tindakan. Perempuan terkadang tidak mampu mengerti atau menangkap maksud dari sebuah kata atau kalimat secara tepat. Mereka cenderung akan mengartikannya dengan perasaan sendiri tanpa menanyakannya kepada sumber kata atau kalimat tersebut. Terkadang apa yang dimaksud sumber sangat jauh diartikan oleh perempuan. Alangkah baiknya jika menemukan sebuah keraguan, segera tanyakan atau cek kebenarannya. Jangan hanya mengira-ira dengan perasaan karena logika pikiran juga cukup penting. Laki-laki pun cukup bermasalah dengan perasaannya. Maka dari itu, harus adanya keseimbangan antara hati dan logika, seimbang antara Thinking dan Feeling.
Tanpa disadari, perempuan sering melakukan kebohongan[3] dan mempunyai banyak rahasia[4]. Tak hanya kalimat, raut muka dan tindakan sering menyiratkan rahasia. Namun di balik semua itu, perempuan memang harus dimengerti karena mereka menganggap orang lain, terutama laki-laki, adalah orang hebat yang mampu mengerti mereka[5].
Kekuatan akan menjadi kelemahan. Perasaan yang merupakan kekuatan perempuan pada suatu waktu akan menjadi kelemahan. Seorang ibu sangat pandai dalam menebak sifat teman-teman anaknya hanya dari pandangan pertama serta perasaan. Seorang perempuan terkadang dapat mengetahui apa yang akan terjadi hanya dari kegundahan hatinya. Perempuan juga pandai berbicara, open minded, dan pandai menjalin hubungan dengan individu lain. Namun kekuatan itu dapat berbalik menjadi kelemahan. Perempuan cenderung menggunakan emosi ketika memproses informasi dan saat berkomunikasi. Selain itu, perempuan akan kesulitan memahami sesuatu dengan logika. Seorang ilmuwan Perancis berkata “Lebih mudah menerangkan teori Relativitas Albert Einstein daripada memahami istri sendiri”. Perempuan adalah makhluk yang kompleks. Mereka mempunyai kekuatan yang pada suatu waktu akan menjadi kelemahan.
Kehidupan ini adalah kehidupan yang seimbang. Perempuan dan laki-laki telah ditakdirkan hidup berdampingan saling melengkapi. Lebih istimewa lagi, ibu ditakdirkan tiga kali lebih utama daripada ayah seperti yang dikatakan Rasulullah. Ini dikarenakan perempuan lebih lembut dan penuh kasih dengan hati dan perasaannya. Namun, kalimat “Perempuan ingin dimengerti” jangan dijadikan pembenar terhadap setiap tindakan perempuan. Tak ada salahnya untuk mengerti orang lain karena dengan mengerti, maka perempuan akan dimengerti. Jika tidak begitu, maka selamanya laki-laki adalah tersangka yang selalu salah.

Baca SelengkapnyaSelamanya, Laki-laki Adalah Tersangka

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asu, Bukan Salah Anjing

Mungkin bagi beberapa orang judul tulisan ini cukup dianggap kasar atau kotor. Mungkin bagi beberapa orang juga tulisan ini akan membuat diri tak nyaman untuk membacanya, atau juga mengucapkannya. Maaf jika ada pihak yang merasa tersinggung atau marah atau tidak suka dengan tulisan ini. Sungguh, tulisan ini hanya sebagai informasi yang mungkin pantas untuk dibagikan. Jangan anggap kotor atau kasar kata asu karena itu bukan salah anjing.
Kata pada dasarnya tidak punya arti. Bahkan kata sendiri pada awalnya tak pernah ada. Kata-kata yang kita kenal sekarang ini muncul dan mempunyai arti karena adanya serapan dari bahasa lain, pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, dan/atau konvensi (peraturan tak tertulis) yang disetujui bersama. Adanya pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup dalam munculnya kata pernah diulas di majalah Bobo terbitan awal tahun 2000an. Di sana disebutkan bahwa ada beberapa kata seperti “Bow-Bow” (lupa artinya) yang terinspirasi dari suara angin (kalau tidak salah ingat). Kata tersebut seiring berkembangnya peradaban mulai tergantikan dengan kata-kata lain. Jadi terkadang sebuah kata muncul tanpa adanya pemikiran mendalam tentang kata itu.
Di Indonesia, kata-kata yang kita gunakan dalam Bahasa Indonesia sekarang sebagian besar merupakan serapan dari bahasa lain[1], seperti Bahasa Melayu (Austronesia), Sansekerta, Inggris, Belanda, dan Arab. Kata-kata serapan ini kemudian diolah sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) supaya mudah ditulis dan dibaca orang Indonesia. Selain serapan, banyak kata yang muncul sebagai hasil konvensi yang disetujui bersama. Sebagai contoh “Prikitiiiiew”. Walau tak tahu persis apa arti kata tersebut, kita sepakat tahu kapan kata tersebut bisa digunakan.
Seorang budayawan kondang, Sudjiwotedjo, dalam twit lamanya pernah berujar bahwa kata, terutama kata kasar atau kotor, akan berbeda arti dan penggunaan tergantung tempatnya. Beliau memberikan contoh kata “Jancuk”[2]. Di Jawa Timur, kata ini sudah dianggap biasa diucapkan dalam pergaulan. Berbeda jika ada orang mengatakan kata ini di Jogja, bisa dianggap kurang ajar. Ada juga kata “Ndlogok” yang berkonotasi kasar bagi orang Solo dan sekitarnya. Padahal berdasar pengalaman, di Jogja kata tersebut berarti orang yang pembicaraannya tak terarah atau tujuannya kurang jelas.
Selain tempat, waktu dan keadaan juga berpengaruh terhadap berbedanya arti sebuah kata, contohnya kata “Jancuk” tadi. Konon kata tersebut merupakan kata pembawa semangat saat masa perjuangan melawan penjajah dulu[3]. “Jancuk” pun kalau diucapkan saat tegur sapa kepada teman justru akan membawa keakraban (bagi arek Jatim lho). Tapi saat marah jangan coba-coba mengucapkannya, akan parah akhirnya. Ada juga kata “Asu” atau “Segawon”. Kalau kita mengucapkannya ketika membacakan kalimat, pasti akan biasa saja. Berbeda ketika diucapkan dengan nada tinggi. Coba baca “Anjing kecil itu sering dipanggil ‘Asu’”, kemudian bandingkan dengan “Dasar kamu, ‘ASU’!”. Akan sangat terasa bedanya jika diucapkan dengan nada yang benar, yang pertama biasa saja sedangkan yang kedua terkesan kasar.
Kata-kata kasar atau kotor yang banyak beredar di sekitar kita pada dasarnya tidaklah kasar atau kotor. Kata-kata tersebut digunakan sebagai kata pelengkap makian juga karena pengaruh manusia sendiri. Manusia yang menganggapnya kasar atau kotor dari dulu hingga sekarang. Padahal kenyataannya beberapa kata mempunyai arti awal yang baik, seperti “Bajingan” dan “Sontoloyo”[4]. “Bajingan” adalah sebutan untuk pengendara gerobak (pedati) yang ditarik oleh lembu/sapi. Sedangkan “Sontoloyo” adalah sebutan untuk penggembala bebek. Seiring berjalannya waktu, kedua kata ini berubah arti dan fungsi menjadi kata kotor yang biasa digunakan dalam makian.
Kata kasar atau kotor sebenarnya tak punya arti apa-apa. Hanya saja adanya persepsi yang sama dari beberapa orang tentang kata tersebut, menghasilkan sebuah konvensi bahwa kata tersebut kasar atau kotor. Kita sebagai manusia yang bisa berpikir tak sepantasnya menggolongkan sebuah kata masuk ke dalam golongan kata kasar hanya karena persepsi pribadi. Kita harus mempertimbangkan bagaimana, kapan, kepada siapa, dan di mana kata tersebut digunakan.
Era modern ini komunikasi sudah berkembang sangat pesat. Namun, justru semakin banyak orang yang kurang cakap dalam berkomunikasi. Banyak orang yang salah paham karena persepsi pribadi yang salah tentang apa yang didengar dan dibaca. Masyarakat kita lebih suka menangkap apa yang diucap daripada yang dimaksud. Cerna lagi apa yang didengar atau dibaca. Terkadang yang diinginkan sumber berbeda dengan yang ditangkap penerima, terutama dalam hal kata yang dianggap kasar atau kotor. Tak selamanya kata kasar atau kotor berarti buruk, terkadang justru baik tergantung keadaan. Jadi, cek lagi kebenaran yang kita terima. Jangan salahkan asu karena itu bukan salah anjing. Coba dari dulu kata “Apel” dianggap kasar dan kotor, pasti sekarang banyak orang misuh[5] dan memaki dengan kata “Apel”. “Dasar kamu, ‘Apel’!".
Baca SelengkapnyaAsu, Bukan Salah Anjing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS