Kabut tebal kelam menambah sunyinya malam yang perlahan berganti pagi. Tengah malam, waktunya setan keluar—yang nampak maupun yang tak kasat mata. Berbanding terbalik dengan suasana kota , suasana dunia di balik cermin cukuplah ramai. Dunia terbalik di balik cermin, dunia para bayangan. Di sana berkumpul bayangan dari berbagai macam orang. Dari orang yang paling baik hingga yang paling jahat ada di sana . Mereka saling bercerita tentang bagaimana sifat dan karakter pemilik mereka.
Bayangan seorang koruptor bercerita bahwa hampir setiap hari dia bertemu pejabat. Pejabat-pejabat penting yang hilir-mudik masuk ke ruangan si koruptor itu. Hampir tak kenal lelah si koruptor itu menengadahkan tangan untuk menerima uang haram itu. Bayangan itu tak tahan dengan keadaan tersebut. Dia ingin lepas dari si koruptor. Belum tuntas cerita bayangan koruptor, bayangan seorang pencuri menyela. Dia bercerita bahwa si pencuri itu hampir tiap hari berjalan mengendap-endap di malam hari. Langkahnya seperti tak bersuara, sangat pelan. Dengan cekatan dia membongkar isi rumah incarannya dan menguras barang yang ada. Bayangan si pencuri itu merasa tersiksa hraus mengambil barang-barang milik orang lain. Seandainya bisa dia telah pergi menjauh dari pencuri itu jauh-jauh hari.
Bayangan seorang anak kecil akhirnya angkat bicara. Dia menuturkan bahwa hari-harinya sangat menyenangkan. Si anak hampir tiap hari bermain dengan ceria. Tak banyak kenakalan yang dilakukan anak itu. Jikalau nakal, itu pun tidak seberat yang dilakukan koruptor dan pencuri. Di samping bayangan anak kecil tadi berdirilah bayangan seorang ahli ibadah. Tiap hari dia pergi ke tempat ibadah. Dia gunakan waktu yang ada di hidupnya untuk hal-hal yang berguna. Setiap langkahnya penuh perhitungan, setiap tindakannya penuh pemikiran. Jalan yang dia pilih bukan jalan keburukan, tapi jalan kedamaian penuh ketentraman. Bayangan ahli ibadah itu sangatlah bersyukur mempunyai pemilik yang seperti itu.
Perbincangan para bayangan belum selesai kecuali